وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا
“Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, ’Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.’” (QS. Ali-‘Imran: 7)
عَنْ أَبِيْ مُوْسَى، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: النُّجُومُ أَمَنَةٌ لِلسَّمَاءِ، فَإِذَا ذَهَبَتِ النُّجُومُ أَتَى السَّمَاءَ مَا تُوعَدُ، وَأَنَا أَمَنَةٌ لِأَصْحَابِي، فَإِذَا ذَهَبْتُ أَتَى أَصْحَابِي مَا يُوعَدُونَ، وَأَصْحَابِي أَمَنَةٌ لِأُمَّتِي، فَإِذَا ذَهَبَ أَصْحَابِي أَتَى أُمَّتِي مَا يُوعَدُونَ
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bintang-bintang adalah penjaga bagi langit. Jika ia lenyap, maka terjadilah pada langit apa yang dijanjikan. Aku adalah penjaga bagi sahabatku. Jika aku telah tiada, maka akan terjadi pada sahabatku apa yang dijanjikan. Para sahabatku adalah penjaga umat ini. Jika mereka telah tiada, maka akan terjadi pada umat ini apa yang dijanjikan.”[1]
⁕⁕⁕
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan permisalan yang indah dalam hadis ini untuk menjelaskan kedudukan seorang alim di tengah-tengah umat manusia. Mereka ibarat bintang-bintang yang menghiasi langit yang sejatinya adalah penjaga bagi langit tersebut. Jika bintang-bintang telah tiada maka itu adalah pertanda tibanya janji Allah pada hari kiamat sebagaimana firman-Nya,
إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ. وَإِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ
“Apabila langit terbelah, dan bintang-bintang jatuh berserakan.”[2]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai alim termulia sepanjang sejarah kehidupan manusia ibarat bintang tersebut yang menjaga para sahabatnya dari segala bentuk kesyirikan, kezaliman, fitnah, dan kemurtadan. Setelah beliau wafat, maka terjadilah apa yang dijanjikan Allah kepada para sahabat berupa fitnah dan kemurtadan kabilah-kabilah Arab. Begitu pula halnya para sahabat radhiyallahu ‘anhum yang membawa risalah Islam murni dari alim umat ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka adalah penjaga generasi selanjutnya dengan ilmu yang mereka ajarkan. Jika mereka telah tiada, maka terjadilah apa yang dijanjikan Allah atas umat ini berupa fitnah, bidah, musibah, perpecahan umat, dan tanda-tanda kiamat lainnya.
Di sisi lain, bintang-bintang berbeda dengan gugusan planet yang bergerak berpindah dalam rotasinya. Bintang-bintang justru diam dan tetap berada pada tempatnya ibarat seorang alim yang tetap kokoh di atas pendiriannya berdasarkan Al-Qur’an dan hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Begitu pula kemunculan bintang-bintang di langit yang berbeda antara satu dengan yang lain, maka para alim ulama pun berbeda tingkat ketakwaan dan kemuliaan mereka di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana sebuah bintang dapat terhalang oleh awan, asap, atau benda langit lainnya, maka seorang alim juga bisa saja tak nampak di hadapan manusia disebabkan fitnah syahwat dan syubhat yang mengharuskannya untuk semakin bersungguh-sungguh berjuang mengajarkan ilmu syari di jalan Allah ‘azza wa Jalla.
Perihal alim yang hakiki, Allah subhanahu wa ta’ala telah menyebutkan mereka dalam firman-Nya,
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
“Dialah Allah yang menurunkan Al-Qur’an kepada kamu. Di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an, dan yang lainnya adalah ayat-ayat mutasyabihat. Adapun orang-orang yang hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, ‘Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.’” Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran darinya melainkan orang-orang yang berakal.”[3]
Mereka adalah Ar-rasikhun fi al-‘ilm, orang-orang yang mendalam ilmunya, yang menunjukan kepada umat manusia jalan kebenaran dan keselamatan, menghilangkan keragu-raguan, mengajarkan syariat dan hukum Allah, serta menjadi tempat sandaran terpercaya dalam urusan dunia dan akhirat. Mereka ibarat bintang yang menghiasi langit dengan ilmu dan akhlak, kokoh pendiriannya, santun kepribadiannya, dan tekun mujahadah-nya.
Footnote:
[1] HR. Muslim nomor 2531.
[2] QS. Al-Infithar ayat 1-2.
[3] QS. Ali ‘Imran ayat 7.
بارك الله فيكم وجزاكم الله خيرا