55 FAEDAH TERKAIT HARI ARAFAH (BAGIAN KEDUA)

174
FAEDAH TERKAIT HARI ARAFAH
Perkiraan waktu baca: 7 menit

55 FAEDAH TERKAIT HARI ARAFAH(1) (BAGIAN KEDUA)

 

Daftar Isi:

Faedah Ketiga Puluh Tiga:

Maksimalkan dan berusahalah membuat dosa-dosamu terbenam bersamaan dengan terbenamnya matahari di hari Arafah.

 

Faedah Ketiga Puluh Empat:

Takbir muqayyad itu dilakukan oleh orang-orang yang tidak berhaji pada setiap selesai salat lima waktu dan dimulai saat selesai salat Subuh pada hari Arafah. Adapun bagi jemaah haji maka dimulai setelah Zuhur di hari kurban dan takbir muqayyad baik yang berhaji maupun tidak berakhir setelah salat Asar di hari ketiga hari Tasyrik.

 

Faedah Ketiga Puluh Lima:

Doa di hari Arafah adalah di antara doa yang paling ijabah oleh Allah maka hendaknya kita memperbanyak doa, baik berkaitan kebaikan dunia maupun akhirat, bersungguh-sungguh dalam berdoa dengan mengangkat tangan dengan penuh ketundukan, khusyuk dan tangis di hadapan Allah ‘azza wa jalla karena Nabi allallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ

Artinya:

“Sebaik-sebaik doa adalah doa pada hari Arafah.”(2)

 

Faedah Ketiga Puluh Enam:

Di antara hal yang sangat penting untuk diperhatikan tatkala berdoa adalah menghadirkan hati, memutuskan segala yang melalaikan dan menghadirkan pada hati dan benak kita akan kedekatan Allah serta kemulian-Nya. Hal-hal ini  di antara faktor teragung yang membantu.

 

Faedah Ketiga Puluh Tujuh:

Sebaik baik doa yang dibaca adalah doa yang terdapat dalam Al-Qur’an ataupun sunah Nabi allallāhu ‘alaihi wa sallam.

 Seperti dalam firman Allah,

رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya:

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” (Q.S. al-Baqarah: 201)

Dari sunah Nabi,

«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى»

Artinya:

“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, keterjagaan (dari sifat-sifat tercela), dan kekayaan.”

«اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي، وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي، وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ»

Artinya:

“Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku. Perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku. Perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku. Jadikanlah ya Allah, kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai peristirahatan bagiku dari segala keburukan.”

Begitu juga doa-doa lain yang ma’ūr (berasal dari Al-Qur’an dan sunah) dan memiliki makna lengkap serta doa selainnya yang disukainya.

 

Faedah Ketiga Puluh Delapan:

Diantara hal hal yang perlu untuk dihadirkan pada doa-doa kita adalah ampunan, rahmat, pembebasan, kesehatan, ikhlas, hidayah, ketakwaan, perasaan cukup, penutupan aib, rezki, penjagaan, pertolongan, keamanan, dan yang paling besar yang harus kita minta adalah dimasukkan ke dalam Surga Firdaus, diberikan kenikmatan untuk melihat wajah Allah. Oleh karenanya, hendaknya kita hadirkan di doa kita di hari Arafah.

 

Faedah Ketiga Puluh Sembilan:

Hendaknya kita menuangkan seluruh kemampuan kita untuk memperbanyak zikir, doa, membaca Al-Qur’an dan ibadah yang lain. Doa yang kita panjatkan tidak diperuntukkan untuk kita semata, tetapi tak lupa kita mendoakan keluarga, anak anak kita, guru-guru kita, pemimpin kita, dan kaum muslimin secara umum. Begitu pula, jauhi untuk berleha-leha di hari ini  karena bisa jadi hari ini tidak kita dapatkan di hari kemudian.

Baca juga:  34 FAEDAH TENTANG HUKUM-HUKUM PUASA

 

Faedah Keempat Puluh:

Di antara doa ‘Abdullāh bin ‘Umar raiyallāhu ‘anhumā di hari ini adalah:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، اللَّهُمَّ اهْدِنَا بِالْهُدَى، وَزَيِّنَّا بِالتَّقْوَى، وَاغْفِرْ لَنَا فِي الْآخِرَةِ وَالْأُولَى

Artinya:

“Tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala pujian, Dia berkuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, berikanlah kepada kami petunjuk-Mu, hiasilah kami dengan takwa, ampunilah kami di akhirat dan dunia”.

Kemudian beliau rendahkan suaranya lalu berkata,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ وَعَطَائِكَ رِزْقًا طَيِّبًا مُبَارَكًا، اللَّهُمَّ إِنَّكَ أَمَرْتَ بِالدُّعَاءِ، وَقَضَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ بِالِاسْتِجَابَةِ، وَأَنْتَ لَا تُخْلِفُ وَعْدَكَ، وَلَا تَكْذِبُ عَهْدَكَ، اللَّهُمَّ مَا أَحْبَبْتَ مِنْ خَيْرٍ فَحَبِّبْهُ إِلَيْنَا وَيَسِّرْهُ لَنَا، وَمَا كَرِهْتَ مِنْ شَيْءٍ فَكَرِّهْهُ إِلَيْنَا وَجَنِّبْنَاهُ، وَلَا تَنْزِعْ عَنَّا الْإِسْلَامَ بَعْدَ إِذْ أَعْطَيْتَنَا

Artinya:

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dari keutamaan dan pemberian-Mu rezeki yang baik dan berkah. Ya Allah, Engkau menyuruh berdoa dan menjamin ijabah, Engkau tidak melanggar janji-Mu, tidak mendustakan perjanjian-Mu. Ya Allah, apa yang Engkau cintai dari kebaikan maka jadikan kami juga mencintainya dan mudahkan kami melaksanakannya, apa yang Engkau benci dari segala sesuatu maka jadikan kami juga membencinya dan jauhkanlah dari kami, jangan Engkau mencabut dari kami keIslaman setelah Engkau memberikannya kepada kami.”(3)

 

Faedah Keempat Puluh Satu:

Seorang muslim yang mengharapkan ampunan dan pembebasan api neraka dari Allah adalah orang yang juga memperhatikan dirinya untuk tidak terjatuh kepada hal yang diharamkan oleh Allah ‘azza wa jalla, manakala dia jatuh kepada dosa, dia segera untuk bertaubat kepada Allah, bertekad untuk tidak kembali kepada dosa tersebut, serta dibarengi perasaan bersalah, dan menjadikan keadaan seperti ini senantiasa tetap ada pada dirinya selama hidupnya.

Diriwayatkan dalam hadis,

إِنَّ هَذَا يَوْمٌ مَنْ مَلَكَ فِيهِ سَمْعَهُ، وَبَصَرَهُ، وَلِسَانَهُ، غُفِرَ لَهُ

Artinya:

“Sesungguhnya hari ini, siapa yang mampu mengendalikan pendengaran, pandangan dan lisannya niscaya akan diampuni.” (4)

 

Faedah Keempat Puluh Dua:

Wukuf di Arafah adalah rukun haji yang paling agung, seluruh wilayah Arafah bisa digunakan untuk wukuf kecuali ‘Uranah.  

Nabi allallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«الْحَجُّ عَرَفَةُ»

Artinya:

“Haji itu adalah Arafah.”(5)

 

Faedah Keempat Puluh Tiga:

Orang orang yang haji berangkat ke Arafah dari Mina dimulai pada saat terbitnya matahari di hari ke-9. Dengan bertalbiah di jalan atau bertakbir, sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat Nabi di Haji Wada’ sebagaimana perkataan Anas bin Mālik raiyallāhu ‘anhu, “Dulu orang-orang bertalbiah dan hal itu tidak diingkari dan orang yang bertakbir sedang bertakbir dan itupun tidak diingkari.”(6)

 

Faedah Keempat Puluh Empat:

Wukuf di Arafah dimulai pada saat tergelincirnya matahari di hari Arafah sampai terbitnya matahari pada Hari Kurban.

Baca juga:  55 FAEDAH SEPUTAR ADAB-ADAB HARI RAYA DAN HUKUM-HUKUMNYA

 

Faedah Keempat Puluh Lima:

Barang siapa yang mendapati telah terbitnya matahari di hari ke 10 yakni Hari Kurban namun dia belum wukuf maka telah luput haji baginya. Namun barang siapa yang mendapati wukuf walaupun itu singkat saja maka dia telah mendapatkan haji.

 

Faedah Keempat Puluh Enam:

Siapa yang wukuf di Arafah siang hari maka wajib baginya untuk tetap tinggal sampai terbenamnya matahari karena Nabi wukuf sampai terbenamnya matahari dan bersabda,

»لِتَأْخُذُوْا مَنَاسِكَكُمْ…»

Artinya:

“Hendaknya kalian mengambil (dariku) tata cara manasik kalian.”(7)

Hal ini karena meninggalkan Arafah sebelum terbenamnya matahari adalah di antara amalan jahiliah yang dimana Islam datang untuk menyelisihinya.

 

Faedah Keempat Puluh Tujuh:

Siapa yang wukuf di siang hari lalu meninggalkan Arafah sebelum terbenamnya matahari maka baginya kafarat atau menyembelih sesembelihan. Akan tetapi, jika hal tersebut diingatkan kepadanya lalu dia kembali ke Arafah sebelum terbitnya matahari maka tidak ada kafarat baginya.

 

Faedah Keempat Puluh Delapan:

Barang siapa wukuf pada saat malam saja, artinya dia tidak datang di Arafah melainkan setelah terbenamnya matahari maka hal tersebut dibolehkan baginya dan tidak ada kafarat baginya.

 

Faedah Keempat Puluh Sembilan:

Disunahkan bagi orang-orang yang berhaji untuk salat bersama dengan imam Zuhur dan Asar dengan jama’ taqdīm (diawal) sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi allallāhu ‘alaihi wa sallam. Kalau tidak maka seseorang berdiri untuk azan lalu kemudian seseorang salat di kemahnya masing-masing.

 

Faedah Kelima Puluh:

Dianjurkan bagi orang-orang yang berhaji selama wukuf di Arafah untuk menyibukkan dirinya dengan berzikir, berdoa, dan membaca Al-Qur’an.

Lebih ditekankan lagi untuk bersungguh-sungguh berdoa, berdasarkan sabda Nabi allallāhu ‘alaihi wa sallam,

«خَيْرُ الدُّعَاءِ: دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ»

Artinya:

“Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah.”(8)

 

Faedah Kelima Puluh Satu:

Hari Arafah adalah hari pengampunan dan pembebasan dari api neraka, sebagaimana disebutkan  dalam hadis,

«مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو، ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمُ الْمَلَائِكَةَ، فَيَقُولُ : مَا أَرَادَ هَؤُلَاءِ».

Artinya:

“Tidak ada hari yang paling banyak Allah membebaskan hambanya dari api neraka melainkan di hari Arafah, lalu Allah mendekat, dan mereka berlomba dengan malaikat dan berkata apa yang mereka inginkan?”(9)

Perkataan Allah kepada malaikat “apa yang mereka inginkan?” maknanya adalah apa yang mereka inginkan hingga mereka siap meninggalkan keluarga dan negeri mereka serta mengeluarkan harta dan melelahkan tubuh mereka?! Yakni, mereka tidak melakukan itu semuanya melainkan mengharapkan magfirah, rida dari Allah, dekat kepada-Nya dan dibebaskan dari api neraka. Siapa yang datang kepada Allah dengan niat seperti ini maka jangan khawatir ditolak oleh Allah. Seakan-akan, makna perkataanya adalah apa yang mereka inginkan, akan didapatkan dan pahala mereka tergantung niat dan keikhlasan mereka(10).

 

Faedah Kelima Puluh Dua:

Disebutkan di hadis yang lain,

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي الْمَلَائِكَةَ بِأَهْلِ عَرَفَاتٍ، يَقُولُ: انْظُرُوا إِلَى عِبَادِي شُعْثًا غُبْرًا

Baca juga:  33 FAEDAH TERKAIT BULAN MUHARAM DAN HARI ASYURA (BAGIAN PERTAMA)

Artinya:

“Sesungguhnya Allah ta’ālā membangga-banggakan penduduk Arafah kepada para malaikat-Nya ketika sore hari, lalu Allah berfirman, ‘Lihatlah kepada hamba-hamba-Ku mereka datang dalam kondisi lusuh dan berdebu’.”(11)

 

Faedah Kelima Puluh Tiga:

Para ulama berkata bahwa Allah membanggakan para jemaah haji di hadapan para malaikat menunjukkan bahwa mereka telah diampuni oleh Allah karena orang yang senantiasa berdosa dan bermaksiat tidak dibanggakan kecuali setelah mereka tobat dan diampuni oleh Allah ‘azza wa jalla(12).

 

Faedah Kelima Puluh Empat:

Hari Arafah adalah hari raya bagi orang-orang yang wukuf karena itu adalah hari pengampunan dan pembebasan baginya makanya tidak dianjurkan baginya untuk berpuasa. Supaya mereka kuat untuk berzikir, berdoa, dan sekaligus bentuk itibak kepada Nabi allallāhu ‘alaihi wa sallam,  sebagaimana yang disebutkan dalam hadis,

 يَوْمُ عَرَفَةَ وَيَوْمُ النَّحْرِ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ، وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

Artinya:

“Hari Arafah, Hari Kurban, dan Hari-hari Tasyrik, adalah hari raya kita umat Islam yang merupakan hari makan dan minum(13).

 

Faedah Kelima Puluh Lima:

Terakhir

Barang siapa yang terluput baginya untuk wukuf di Arafah tahun ini maka hendaknya dia berdiri menunaikan hak-hak Allah di hari Arafah. Barang siapa yang tidak mampu untuk mabit di Muzdalifah maka hendaknya azamnya dikuatkan pada ketaatan kepada Allah. Barang siapa yang belum mampu untuk menegakkan kewajiban haji ini hendaknya dia menegakkan dirinya di atas ketaatan kepada Allah ‘azza wa jalla. Barang siapa yang belum mampu mengunjungi Baitul Haram dikarenakan jauhnya (tempatnya), maka hendaknya ibadahnya dimaksudkan kepada Allah, Pemilik Baitul Haram, yang dekat dengan orang yang bermunajat kepada-Nya.(14)

 

Semoga Allah ta’ālā menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang diterima amalannya, mengampuni kita semua, merahmati kita, dan menjadikan kita hamba-Nya yang dibebaskan dari api neraka.

 Walamdulillāhi Rabbil ‘Ālamīn.

 

 


Footnote:

(1) Tulisan ini disadur dan diterjemahkan dari situs resmi Syekh Muhammad Saleh al-Munajjid hafizhahullahhttps://almunajjid.com/books/lessons/124 dan juga telah dicetak dalam format e-sebuah buku oleh Zad Group.

(2) H.R. al-Tirmiżī (no. 3585) dan dinyatakan hasan oleh Syekh al-Albānī.

(3) H.R. al-Ṭabarānī dalam al-Du’ā (no. 878) dan sanadnya dinilai baik oleh Syekh al-Islām Ibn Taimiyah dalam Syarḥu al-‘Umdah (3/509).

(4) H.R. Aḥmad (no. 1403), hadis ini dinilai sahih oleh al-Munżirī dan Aḥmad Syakir serta dinyatakan lemah oleh Syekh al-Albānī.

(5) H.R. Abū Dāwud (no. 1949) dan al-Tirmiżī (no. 889) serta dinyatakan sahih oleh Syekh al-Albānī.

(6) H.R. Bukhārī (no. 970) dan Muslim (no. 1285).

(7) H.R. Muslim (no. 1297).

(8) H.R. al-Tirmiżī (no. 3585) dan dinyatakan hasan oleh Syekh al-Albānī.

(9) H.R. Muslim (no. 1384).

(10) Mirqah al-Mafātīḥ (5/1800), dengan beberapa perubahan.

(11) H.R. Aḥmad (no. 8033), Ibnu Hibbān (no. 3852) dan hadis ini terdapat dalam Ṣaḥīḥ al-Targīb.

(12) Al-Tamhīd, karya Ibnu ‘Abdilbar (1/120).

(13) H.R. Abū Dāwud (no. 2419), al-Tirmiżī (no. 773) dan dinyatakan sahih oleh Syekh al-Albānī.

(14) Laṭā’if al-Ma’ārif (hal. 782).

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments