BAIT KETUJUH: HADIS MARFŪ’ DAN MAQṬŪ’

169
BAIT KETUJUH HADIS MARFU DAN MAQTU
Perkiraan waktu baca: 2 menit

SYARAH MUDAH MATAN AL-BAIQŪNI[1]

Daftar Isi:

BAIT KETUJUH: HADIS MARFŪ’ DAN MAQṬŪ’

Imam al-Baiqūni:

وَمَا أُضِيفَ لِلنَّبِي المَرْفُوعُ *** وَمَا لِتَابِعٍ[2] هَوُ المقْطُوعُ

Artinya:
“Dan apa yang disandarkan kepada nabi (disebut) marfū’ *** dan yang (disandarkan) kepada tabiin (disebut) maqṭū’

SYARAH

Definisi:

Hadis marfū’[3] adalah apa yang disandarkan kepada nabi berupa perkataan, perbuatan, takrir (diamnya beliau terhadap perbuatan yang terjadi di hadapan beliau), sifat fisik, ataupun akhlak.

Contoh:

  1. Al-marfū’ al-qauli (hadis marfū’ berupa perkataan): Seorang rawi berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda….”
  2. Al-Marfū’ al-fi’li (hadis marfū’ berupa perbuatan): Seorang rawi berkata, “Saya melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melakukan….”
  3. Al-Marfū’ al-taqriri (hadis marfū’ berupa takrir): Seorang rawi berkata, “Perbuatan ini dilakukan di hadapan Nabi shallallahu alaihi wasallam” dan rawi tersebut tidak meriwayatkan pengingkaran Nabi shallallahu alaihi wasallam terhadap perbuatan tersebut.
  4. Al-Marfū’ al-waṣfi (hadis marfū’ berupa akhlak atau sifat fisik) adalah ketika seorang rawi berkata,

كَانَ رَسُولُ اللهِ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا[4]

Artinya:
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah manusia yang paling baik akhlaknya…”

atau dia berkata,

كَانَ أَبْيَضَ مَلِيحًا مُقَصَّدًا[5]

Artinya:
“(Rasulullah) shallallahu alaihi wasallam putih, tampan, dan tingginya pertengahan.”

Definisi:

Tabiin[6] adalah orang yang bertemu dengan seorang sahabat, beriman kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam tanpa melihatnya, dan wafat di atas Islam.

Hadis maqṭū’[7] adalah apa yang disandarkan kepada tabiin atau orang setelah tabiin berupa perkataan atau perbuatan.

Contoh:

  1. Al-maqṭū’ al-qauli (hadis maqṭū’ berupa perkataan): Perkataan al-Ḥasan al-Baṣri tentang salat di belakang ahli bidah,

صَلِّ وَعَلَيْهِ بِدْعَتُهُ[8]

Artinya:
“Salatlah (di belakangnya), dan bagi dia (ahli bidah dosa) bidahnya!”

  1. Al-maqṭū’ al-fi’li (hadis maqṭū’ berupa perbuatan): Perkataan Ibrāhīm bin Muḥammad bin al-Muntasyir,
Baca juga:  SYARAT-SYARAT HADIS SAHIH (SYARAT KEEMPAT DAN KELIMA)

كَانَ مَسْروْقٌ يُرْخِي السِّتْرَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَهْلِهِ وَيُقْبِلُ عَلَى صَلاتِهِ وَيُخَلِّيهِمْ وَدُنْيَاهُمْ[9]

Artinya:
“Dahulu Masrūq menurunkan tirai antara dirinya dan keluarganya, melaksanakan salatnya, dan meninggalkan mereka (keluarganya) dengan dunia mereka.”


Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab “Al-Ta’liqāt al-Atsariyyah ‘ala al-Manzhumah al-Baiquniyyah” karya Syekh Ali bin Hasan al-Halabi al-Atsari rahimahullāh.

[2] Di naskah yang lain: بِتَابِعٍ

[3] Lihat: al-Tadrīb (1/183), Muqaddimah Ibn al-Ṣalāḥ (h. 41-46), Qawā’id al-Taḥdīṡ (h. 123) karya al-Qāsimi.

[4] Diriwayatkan oleh al-Bukhāri dalam Ṣaḥiḥ-nya (no. 6203), dan Muslim dalam Ṣaḥiḥ-nya (no. 215).

[5] Diriwayatkan oleh Muslim dalam Ṣaḥiḥ-nya (no. 2340 dan 99).

[6] Lihat: Ma’rifah ‘Ulūm al-Ḥadīṡ (h. 41) karya al-Ḥākim al-Naisābūri, al-Bā’iṡ (2/520), dan al-Tadrīb (2/224).

[7] Lihat: al-Taqyīd wa al-Īḍāḥ (h. 51) karya al-Ḥāfiẓ al-‘Irāqi dan al-Tadrīb (1/158).

[8] Hadis mu’allaq al-Bukhāri dalam Ṣaḥiḥ-nya (2/188). Al-Ḥāfiẓ menyematkannya dalam al-Tagq wa al-Ta’līq (2/292) kepada Sa’īd bin Manṣūr secara mauṣūl bersambung.

[9] Diriwayatkan oleh al-Ḥāfiẓ Abu Nu’aim al-Aṣbahāni dalam Ḥilyah al-Auliyā (2/96).

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments