
SEBAGIAN DARI KEUTAMAAN RASULULLAH ﷺ [1]
Pertama: Allah Ta’ālā berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا * وَدَاعِيًا إِلى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا * وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ بِأَنَّ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ فَضْلًا كَبِيرًا
Artinya:
“Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pembawa kabar gembira, pemberi peringatan, dan penyeru kepada Allah dengan izin-Nya serta sebagai pelita yang menerangi. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang mukmin bahwa bagi mereka ada karunia yang besar dari Allah.” (Q.S. al-Aḥzāb: 45–47)
Kedua: Allah Ta’ālā berfirman,
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Artinya:
“Muhammad itu bukanlah bapak dari salah seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. al-Aḥzāb: 40)
Ketiga: Allah Ta’ālā berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya:
“Dan Kami tidak mengutusmu (wahai Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (Q.S. al-Anbiyā’: 107)
Keempat: Rasulullah ﷺ bersabda,
أَنا أَكْثَرُ الأَنْبِياءِ تَبَعًا يَومَ القِيَامَةِ، وَأَنا أَوَّلُ مَنْ يَقْرَعُ بَابَ الجَنَّةِ
Artinya:
“Aku adalah nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat, dan aku adalah orang pertama yang mengetuk pintu surga.” (H.R. Muslim)2
Kelima: Rasulullah ﷺ bersabda,
أَنا أَوَّلُ شَفِيعٍ فِي الجَنَّةِ، لَمْ يُصَدِّقْ نَبِيٌّ مِنَ الأَنْبِيَاءِ مَا صُدِّقْتُ، وَإِنَّ نَبِيًّا مِنَ الأَنْبِيَاءِ مَا صَدَّقَهُ مِنْ أُمَّتِهِ إِلَّا رَجُلٌ وَاحِدٌ
Artinya:
“Aku adalah orang pertama yang akan memberikan syafaat di surga. Tidak ada nabi yang dibenarkan oleh umatnya sebagaimana aku dibenarkan. Ada seorang nabi dari kalangan nabi-nabi yang tidak dibenarkan oleh umatnya kecuali hanya oleh satu orang saja.” (H.R. Muslim)3
Keenam: Rasulullah ﷺ bersabda,
سَأَلْتُ رَبِّي ثَلاثًا، فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً: سَأَلْتُ رَبِّي أَنْ لَا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالسَّنَةِ فَأَعْطَانِيهَا، وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالغَرَقِ فَأَعْطَانِيهَا، وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ فَمَنَعَنِيهِ.
Artinya:
“Aku memohon kepada Rabb-ku tiga hal: (1) aku memohon agar umatku tidak dibinasakan oleh kekeringan (musim paceklik), maka Dia mengabulkannya. (2) aku memohon agar umatku tidak dibinasakan dengan tenggelam, maka Dia mengabulkannya. (3) aku memohon agar tidak dijadikan pertikaian di antara mereka sendiri, maka permintaan ini tidak dikabulkan.” (H.R. Muslim)4
Dalam riwayat lain,
فَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يُسَلَّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوٌّ مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَعْطَانِيهَا
Artinya:
“Aku memohon agar tidak dikuasakan atas mereka musuh dari selain mereka, maka Dia memberikannya kepadaku.” (H.R. al-Tirmiẑī dan al-Nasā’ī; sanadnya sahih menurut al-Albānī)5
Ketujuh: Anas bin Mālik berkata dalam hadis Isra’,
وَالنَّبِيُّ ﷺ نَائِمَةٌ عَيْنَاهُ، وَلَا يَنَامُ قَلْبُهُ
Artinya:
“Mata Rasulullah ﷺ tidur, tetapi hatinya tidak tidur.” (H.R. al-Bukhārī)6
Kedelapan: Rasulullah ﷺ bersabda,
أَنا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ، وَأَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الأَرْضُ، وَأَوَّلُ شَافِعٍ وَمُشَفَّعٍ
Artinya:
“Aku adalah pemimpin anak cucu Adam pada hari kiamat. Aku adalah orang pertama yang dibangkitkan dari dalam kubur, orang pertama yang memberi syafaat dan yang diberi izin untuk memberi syafaat.” (H.R. Muslim)7
Kesembilan: Rasulullah ﷺ bersabda,
فُضِّلْتُ عَلَى الأَنْبِيَاءِ بِسِتٍّ: أُعْطِيتُ جَوَامِعَ الْكَلِمِ، وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ، وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ، وَجُعِلَتْ لِيَ الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا، وَأُرْسِلْتُ إِلَى الْخَلْقِ كَافَّةً، وَخُتِمَ بِيَ النَّبِيُّونَ
Artinya:
“Aku diberi keutamaan atas para nabi dengan enam hal: (1) diberikan kepadaku jawāmi’ al-kalim (ungkapan singkat yang padat makna), (2) aku ditolong dengan rasa takut (yang ditanamkan dalam hati musuh), (3) dihalalkan bagiku harta rampasan perang, (4) dijadikan seluruh bumi sebagai masjid dan alat bersuci, (5) aku diutus kepada seluruh makhluk, (6) dan kenabian ditutup denganku.” (H.R. Muslim)8
Kesepuluh: Rasulullah ﷺ bersabda,
بُعِثْتُ مِنْ خَيْرِ قُرُونِ بَنِي آدَمَ قَرْنًا فَقَرْنًا، حَتَّى كُنْتُ مِنَ القَرْنِ الَّذِي كُنْتُ مِنْهُ
Artinya:
“Aku diutus dari generasi terbaik Bani Adam, generasi demi generasi, hingga aku berada di generasi tempat aku diutus.” (H.R. al-Bukhārī)9
Kesebelas: Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ مَثَلِي وَمَثَلَ الأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِي، كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى بُنْيَانًا فَأَحْسَنَهُ وَأَجْمَلَهُ، إِلَّا مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ زَاوِيَةٍ مِنْ زَوَايَاهُ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِهِ وَيَعْجَبُونَ لَهُ، وَيَقُولُونَ: هَلَّا وُضِعَتْ هذِهِ اللَّبِنَةُ؟ قَالَ: فَأَنَا اللَّبِنَةُ، وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ
Artinya:
“Perumpamaanku dan perumpamaan para nabi sebelumku adalah seperti seseorang yang membangun sebuah bangunan yang indah dan sempurna, hanya saja ada satu bata yang belum diletakkan di salah satu sudutnya. Maka orang-orang mengelilinginya dan merasa kagum, namun mereka berkata, ‘Mengapa bata ini tidak diletakkan?’ Maka akulah bata itu, dan aku adalah penutup para nabi.” (H.R. al-Bukhārī dan Muslim)10
Keduabelas: Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنِّي عِندَ اللهِ مَكْتُوبٌ خَاتَمُ النَّبِيِّينَ، وَإِنَّ آدَمَ لَمُنْجَدِلٌ فِي طِينَتِهِ، وَسَأُخْبِرُكُمْ بِأَوَّلِ أَمْرِي: دَعْوَةُ إِبْرَاهِيمَ، وَبِشَارَةُ عِيسَى، وَرُؤْيَا أُمِّيَ الَّتِي رَأَتْ حِينَ وَضَعَتْنِي، وَقَدْ خَرَجَ لَهَا نُورٌ أَضَاءَتْ مِنْهُ قُصُورُ الشَّامِ
Artinya:
“Sesungguhnya aku telah ditetapkan di sisi Allah sebagai penutup para nabi, sedangkan Adam masih masih ‘munjadil’ (terbaring di tanahnya/ belum diciptakan secara sempurna). Dan aku akan menceritakan permulaanku: (aku adalah) doa Nabi Ibrahim, kabar gembira Nabi Isa, dan mimpi ibuku ketika beliau melahirkanku, terlihat keluar dari dirinya cahaya yang menyinari istana-istana di Syam.” (Disahihkan oleh al-Ḥākim dan disepakati oleh al-Ẑahabī, serta dinyatakan sahih oleh al-Albānī dalam al-Misykah)11
Ketigabelas: Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah ﷺ di gua Hira’, lalu berkata,
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ …
Artinya:
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan…”
Rasulullah ﷺ pun pulang dalam keadaan hatinya gemetar. Beliau masuk ke rumah Khadījah binti Khuwailid dan berkata,
لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي
Artinya:
“Aku khawatir atas diriku!”
Khadījah berkata,
كَلَّا وَاللهِ مَا يُخْزِيكَ اللهُ أَبَدًا، إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ، وَتَحْمِلُ الْكَلَّ، وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ، وَتُقْرِي الضَّيْفَ، وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ
Artinya:
“Sekali-kali tidak, demi Allah! Allah tidak akan menghinakanmu selamanya. Sesungguhnya engkau menyambung silaturahmi, menanggung beban orang lain, memberi kepada yang tak punya, memuliakan tamu, dan menolong orang yang terkena musibah karena kebenaran.”
Lalu Khadījah membawa Rasulullah ﷺ kepada Waraqah bin Naufal dan berkata,
يَا ابْنَ عَمِّ، اسْمَعْ مِنِ ابْنِ أَخِيكَ
Artinya:
“Wahai anak pamanku! Dengarkanlah apa yang dikatakan oleh anak saudaramu ini.”
Rasulullah ﷺ pun menceritakan kejadian yang dilihatnya, dan Waraqah berkata,
هذَا النَّامُوسُ الَّذِي نَزَّلَ اللهُ عَلَى مُوسَى، يَالَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا، لَيْتَنِي أَكُونُ حَيًّا إِذْ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ
Artinya:
“Itulah Nāmūs (Malaikat Jibril) yang Allah turunkan kepada Musa. Andai saja aku masih muda dan hidup pada masa saat kaummu mengusirmu.”
Rasulullah ﷺ bertanya,
أَوَمُخْرِجِيَّ هُمْ؟
Artinya:
“Apakah mereka akan mengusirku?”
Waraqah menjawab,
نَعَمْ، لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا عُودِيَ، وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا
Artinya:
“Ya, tidaklah seorang pun datang membawa hal seperti yang engkau bawa kecuali pasti dimusuhi. Jika aku masih hidup saat itu, aku akan menolongmu dengan pertolongan yang kuat.” (H.R. al-Bukhari)12
Footnote:
[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab Quthuf min Asy-Syama’il Al-Muhammadiyyah Wal-Akhlaq An-Nabawiyyah wal-Adab Al-Islamiyyah karya Muhammad bin Jamil Zainu (Pengajar di Darul Hadits Al-Khairiyyah, Makkah Al-Mukarramah), cetakan kelima belas; telah ditambah dan direvisi.
2 H.R. Muslim, no. 196 dari sahabat Anas bin Mālik raḍiyallāhu ‘anhu.
3 H.R. Muslim, no. 196 dari sahabat Anas bin Mālik raḍiyallāhu ‘anhu.
4 H.R. Muslim, no. 2890 dari sahabat Sa’ad bin Abī Waqqāṣ raḍiyallāhu ‘anhu.
5 H.R. al-Tirmiẑī, no. 2175 dan al-Nasā’ī, no. 1638 dari sahabat Khabbāb bin al-Arat raḍiyallāhu ‘anhu; sanadnya sahih menurut al-Albānī dalam Ṣaḥīḥ al-Jāmi’ al-Ṣagīr (1/484).
6 H.R. al-Bukhārī, no. 3570.
7 H.R. Muslim, no. 2278 dari sahabat Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu.
8 H.R. Muslim, no. 523 dari sahabat Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu.
9 H.R. Bukhārī, no. 3557 dari sahabat Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu.
10 H.R. Bukhārī, no. 3435 dan Muslim, no. 2286 dari sahabat AbūHurairah raḍiyallāhu ‘anhu.
11 H.R. al-Ḥākim dari sahabat al-‘Irbāḍ bin Sāriyah raḍiyallāhu ‘anhu dan beliau menyatakan kesahihannya dan disepakati oleh al-Ẑahabī (2/656), serta dinyatakan sahih oleh al-Albānī dalam tahkik Misykah al-Maṣābih (3/1604).
12 H.R. al-Bukhārī dalam Kitab Bad’ul-Waḥyi, no. 3,4 dari ‘Ā’isyah raḍiyallāhu ‘anhā.