عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ: دَخَلْنَا عَلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رضي الله عنهما حِينَ قَدِمَ مَعَ مُعَاوِيَةَ إِلَى الْكُوفَةِ فَذَكَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَقَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ مِنْ أَخْيَرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ خُلُقًا
Dari Masruq, dia berkata, “Kami pernah menemui Abdullah bin Amru radhiyallahu anhuma ketika beliau datang ke Kufah bersama Muawiyah, kemudian Abdullah bin Amru mengingat dan menyebut Rasulullah shallallahu alaihi wasallam seraya berkata, “Beliau bukan seorang yang keji dan tidak pula melakukan perbuatan kekejian.” Lalu (Abdullah bin Amru) berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian ialah yang paling bagus akhlaknya.’”
Daftar Isi:
TAKHRIJ HADIS:
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhārī dalam kitabnya, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, kitab al-Adab, bab Nabi shallallahu alaihi wasallam Bukan Seorang Yang Keji dan Tidak Pula Melakukan Perbuatan Kekejian, nomor 6029, dan Imam Muslim dalam kitabnya, Ṣaḥīḥ Muslim, kitab al-Fadhāil, bab Nabi shallalahu alaihi wasallam Sangat Pemalu, nomor 2321.
BIOGRAFI SAHABAT PERAWI HADIS:(1)
Nama lengkap beliau Abdullah bin Amru bin al-Ash bin Wā-il bin Hasyim bin Sua’id bin Said bin Sahm bin Amr bin Hushaish bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib al-Quraisy al-Sahmi. Nama ibunya adalah Raithah binti Munabbih bin al-Hajjaj al-Sahmiyyah. Kuniyah beliau Abu Muhammad atau juga Abu Abdurrahman.
Abdullah masuk Islam terlebih dahulu dibandingkan ayahnya Amru bin al-Ash radhiyaallahu anhu. Beliau merupakan sahabat yang tangguh tidak hanya dalam masalah jihad, melainkan juga dalam urusan ibadah. Ia merupakan sosok yang alim dan rajin beribadah. Kegemarannya dalam ibadah memang tidak bisa dipungkiri lagi, bahkan ia berusaha melakukan ibadah secara totalitas. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan rutin yang ia lakukan, yakni mendirikan salat malam dan berpuasa di siang hari.
Selain ibadah yang tekun, ia juga dikenal dengan sosok yang cerdas dan menguasai bahasa selain Bahasa Arab. Beliau juga sahabat yang sangat gemar menulis hadis. Muhammad bin Saad mengutip riwayat yang menunjukkan bahwa Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash memang tekun dalam menulis hadis, bahkan ia secara langsung meminta izin kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash berkata, “Aku minta izin kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam untuk menulis apa yang aku dengar dari beliau, maka beliau mengizinkannya untuk menulis hal tersebut.” Sahifah dari Abdullah ibn Amr dinamai al-Shadiqah. Imam al-Dzahabi menukil riwayat Abu Hurairah radhiyallahu anhu yang memuji kemampuan Abdullah bin Amru dalam menulis. Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, “Tidak ada salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang lebih banyak meriwayatkan hadis dibanding diriku kecuali Abdullah bin ‘Amr, ia menulis hadis sedangkan aku tidak melakukannya.”
Para ulama berbeda pendapat mengenai tahun wafatnya Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash. Imam Ahmad mengatakan bahwa beliau wafat pada bulan Zulhijah tahun 63 H, ada juga ulama yang mengatakan bahwa ia wafat pada tahun 65 H. Pendapat yang ketiga mengatakan bahwa ia telah wafat pada tahun 68 H, radhiyallahu ‘anhu wa ‘an abīhi.
FAEDAH DAN KESIMPULAN:
- Anjuran mendatangi dan menemui ulama, utamanya ketika mereka datang dan berkunjung ke daerah kita sebagaimana yang ditunjukkan oleh tabiin yang mulia Masruq bin al-Ajda’ ketika dua sahabat nabi Abdullah bin Amru dan Muawiyah radhiyallahu anhum berkunjung ke kotanya Kufah di Irak.
- Siapa yang mencintai sesuatu maka niscaya dia sering mengingat dan menyebutnya.
- Besarnya kecintaan para sahabat terhadap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
- Akhlak Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang begitu tinggi dan luhur sehingga senantiasa dikenang oleh para sahabatnya.
- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bukanlah seorang yang berperangai keji dan juga senantiasa menjauhi perbuatan yang keji baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan.
- Manusia memiliki kedudukan yang bertingkat-tingkat di sisi Allah azza wajalla.
- Di antara kriteria manusia yang terbaik adalah yang terbaik akhlaknya.
- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah manusia yang terbaik dan termulia di sisi Allah azza wajalla dan demikian pula di tengah-tengah manusia.
Footnote:
(1) Lihat: al-Thabaqāt al-Kubra karya Ibnu Saad (2/373), al-Istī’āb karya Ibn Abdilbarr (3/956), Usdu al-Gābah karya Ibn al-Atsir (3/345), Siyar A’lām al-Nubala karya al-Dzahabi (3/79), dan al-Iṣābah karya Ibnu Hajar (4/ 165).