HADIS WAKTU-WAKTU PELAKSANAAN SALAT

62
Hadis Waktu waktu Pelaksanaan Salat
Perkiraan waktu baca: 1 menit

SYARAH KITAB ‘UMDAH AL-AHKĀM[1]

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رضي الله عنهما قَالَ: كَانَ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّي الظُّهْرَ بِالْهَاجِرَةِ، وَالْعَصْرَ وَالشَّمْسُ نَقِيَّةٌ وَالْمَغْرِبَ إذَا وَجَبَتْ، وَالْعِشَاءَ أَحْيَاناً وَأَحْيَاناً إذَا رَآهُمْ اجْتَمَعُوا عَجَّلَ، وَإِذَا رَآهُمْ أَبْطَئُوا أَخَّرَ، وَالصُّبْحُ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّيهَا بِغَلَسٍ

Artinya:

Jābir bin ‘Abdullāh raḍiyallāhu ‘anhumā mengatakan, “Nabi ﷺ senantiasa mengerjakan salat Zuhur jika matahari sudah condong. Beliau mengerjakan salat Asar saat matahari masih terasa panasnya (masih terang). Beliau mengerjakan salat Magrib ketika matahari sudah tenggelam, sedangkan salat Isya dikerjakan terkadang (cepat), terkadang (lambat). Jika beliau melihat orang-orang sudah berkumpul maka beliau segerakan, dan jika belum maka beliau tunda. Adapun salat Subuh, beliau kerjakan saat pagi masih gelap.” (H.R. Bukhāri, 535, dan Muslim, 646)

Daftar Isi:

Takhrīj Hadis:

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhārī dalam kitabnya, al-Ṣaḥīḥ, kitab Mawāqit al-Ṣalāh, bab “Waktu Magrib”, no. 560, dan Imam Muslim dalam kitabnya, al-Ṣaḥīḥ, kitab al-Masājid wa Mawāḍi’ al-Ṣalāh, bab “Anjuran Salat Subuh di Awal Waktu”, no. 646.

Syarah dan Faedah yang Terkandung dalam Hadis Ini:

  1. Di dalam hadis ini, Jābir menyebutkan waktu-waktu pelaksanaan ibadah salat lima waktu yang dikerjakan oleh Nabi ﷺ:
  2. Zuhur: disunahkan dikerjakan di awal waktunya yakni ketika matahari sudah condong.
  3. Waktu salat Zuhur berakhir ketika panjang bayangan suatu benda sama dengan tingginya ditambah dengan panjang bayangan karena kecondongan matahari (ẓil a-zawāl).
  4. Saat kondisi cuaca yang panas sekali pada musim tertentu, disunahkan untuk menunda pelaksanaan ibadah salat Zuhur hingga suhu sedikit mereda. Hal ini diistilahkan dengan sebutan al-ibrād. Nabi ﷺ bersabda (artinya), “Jika cuaca panas menjadi-jadi, tundalah salat hingga panas mereda.”[2]
  5. Ashar: disunahkan dikerjakan di awal waktunya saat matahari masih terasa terik.
  6. Magrib: disunahkan dikerjakan di awal waktunya berdasarkan sabda Nabi di atas bahwa waktunya dimulai saat matahari telah terbenam sempurna.
  7. Isya: pelaksaannya merujuk pada keadaan para makmum karena waktu salat Isya ini terdapat pada waktu istirahat bagi kebanyakan orang. Jika penundaan atau penyegeraan pelaksanaan ibadah salat Isya tidak berpengaruh sama sekali terhadap para makmum maka disunahkan untuk diakhirkan.
  8. Subuh: disunahkan dilaksanakan pada saat masih gelap gulita sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis sebelumnya.
Baca juga:  BAB TENTANG HAID: HUKUM-HUKUM SEPUTAR ISTIHADAH

 

 

 


Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab “Mūjaz al-Kalām ‘ala ‘Umdah al-Aḥkām” karya Dr. Manṣūr bin Muḥammad al-Ṣaq’ūb hafiẓahullāh.

[2] H.R. Bukhāri (no. 533) dan Muslim (no. 615).

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments