HADIS MENCUCI BEJANA YANG DIJILAT ANJING

417
Hadis Mencuci Bejana Yang Dijilat Anjing
Perkiraan waktu baca: 1 menit

SYARAH KITAB ‘UMDAH AL-AHKĀM[1]

HADIS MENCUCI BEJANA YANG DIJILAT ANJING

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ -رضي الله عنه-، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: إذَا شَرِبَ الْكَلْبُ فِي إنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْسِلْهُ سَبْعاً. وَلِمُسْلِمٍ: أُولاهُنَّ بِالتُّرَابِ

وَلَهُ فِي حَدِيثِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ –رضي الله عنه-: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: إذَا وَلَغَ الْكَلْبُ فِي الإِناءِ فَاغْسِلُوهُ سَبْعاً وَعَفِّرُوهُ الثَّامِنَةَ بِالتُّرَابِ

Artinya :

Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika ada anjing yang minum dari bejana salah seorang di antara kalian, hendaknya ia membasuh bejana itu sebanyak tujuh kali.” Di dalam riwayat Muslim disebutkan, “Basuhan pertama dengan tanah.”

Muslim meriwayatkan hadis Abdullāh bin Mugaffal raḍiyallāhu ‘anhu bahwa Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,  “Jika anjing menjilati bejana, cucilah bejana itu tujuh kali dan gosoklah yang ke delapan dengan tanah.”

Daftar Isi:

Takhrij Hadis:

Hadis Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu ini diriwayatkan oleh Imam Bukhārī dalam Ṣaḥīḥ-nya; kitab al-Wuḍū’, Bab “Air Digunakan Membasuh Rambut Manusia”, no. 170, dan Imam Muslim dalam Ṣaḥīḥ-nya; kitab al-Ṭahārah, Bab “Hukum Jilatan Anjing”, no. 279.

Adapun hadis Abdullāh bin Mugaffal raḍiyallāhu ‘anhu diriwayatkan  oleh Imam Muslim dalam Ṣaḥīḥ-nya; kitab al-Ṭahārah, Bab “Hukum Jilatan Anjing”, no. 280.

Syarah dan Faidah Yang Terkandung Di Dalam Hadis Ini:

  1. Najisnya jilatan anjing, yaitu ketika anjing memasukkan dan menggerakkan lidahnya ke dalam air atau cairan lain, baik untuk minum maupun tidak.[2]
  2. Apabila anjing memasukkan lidah ke dalam sebuah bejana, bejana tersebut wajib dicuci. Namun tata cara mencucinya tidak sama dengan najis yang lain. Dari sisi jumlah basuhan, dibasuh sebanyak tujuh kali. Dari sisi caranya juga berbeda yaitu dengan mencampurkan tanah pada salah satu basuhan tersebut. Lebih utama bila tanah dicampurkan dengan basuhan pertama karena jika diakhirkan, membutuhkan basuhan tambahan berikutnya.
  3. Tujuh basuhan ini berlaku bagi semua jenis anjing termasuk anjing yang boleh dipelihara guna berburu dan lain sebagainya. Demikian pula hukum yang berlaku bagi seluruh najis anjing seperti kencing, kotoran dan keringatnya.
Baca juga:  HUKUM KENCING (DALAM POSISI) BERDIRI

 

 


Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab “Mūjaz al-Kalām ‘ala ‘Umdah al-Akām” karya Dr. Manṣūr bin Muḥammad al-Ṣaq’ūb hafiahullāh.

[2] Lihat : Fatḥ al-Bāri karya Ibnu Ḥajar (1/274).

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments