HADIS KEUTAMAAN SALAT TEPAT WAKTU

49
(Revisi )
Perkiraan waktu baca: 2 menit

SYARAH KITAB ‘UMDAH AL-AHKĀM[1]

Daftar Isi:

KITAB SALAT

Ditinjau dari sisi etimologi, salat berarti doa. Makna ini terdapat dalam firman-Nya,

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ.

Artinya:

“Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103).

Ditinjau dari sisi terminologi syariat, salat bermakna rangkaian ibadah berupa perbuatan dan ucapan yang dibuka dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

BAB WAKTU-WAKTU SALAT

عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ -وَاسْمُهُ سَعْدُ بْنُ إيَاسٍ- قَالَ: حَدَّثَنِي صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ -وَأَشَارَ بِيَدِهِ إلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه- قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إلَى اللَّهِ؟ قَالَ: الصَّلاةُ عَلَى وَقْتِهَا. قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ ، قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي.

Artinya:

Abu ‘Amr Asy-Syaibāni (Namanya adalah Sa’ad bin Iyās) mengatakan, “Pemilik rumah ini telah mengatakan kepadaku (Ia pun menunjuk rumah Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu), ‘Aku bertanya kepada Nabi ﷺ, ‘Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?’ Beliau ﷺ menjawab, ‘Salat pada waktunya.’ Aku bertanya lagi, ‘Lalu kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Berbakti kepada orang tua.’ Aku pun bertanya kembali, ‘Lalu apa?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Allah.’ Itulah yang disampaikan kepadaku oleh Rasulullah ﷺ, kalau sekiranya aku tanyakan lagi niscaya beliau akan menambahkannya’.”

Takhrij Hadis:

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitabnya al-Shahīh; kitab Mawaqit al-Shalah, bab Keutamaan Salat Pada Waktunya, no. 527 dan Imam Muslim dalam kitabnya al-Shahīh; kitab al-Iman, bab Iman kepada Allah Amalan Paling Afdal, no. 85.

Baca juga:  HADIS BERSUNGGUH-SUNGGUH PADA SAAT BERSIWAK

Syarah dan Faedah Yang Terkandung Dalam Hadis Ini:

    1. Sahabat menanyakan tentang amalan yang paling dicintai oleh Allah namun Nabi ﷺ menyebutkan beberapa amal saja agar bisa menjelaskan bahwa beberapa amalan ketaatan itu lebih afdal dibandingkan yang lain. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya amalan-amalan tersebut diberi porsi perhatian dan inayah yang lebih besar dibandingkan yang lainnya. Di dalam hadis ini beliau menyebutkan ada tiga amalan besar: Salat tepat waktu, berbakti kepada kedua orang tua dan jihad di jalan Allah.
    2. Salat tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Jika salat dilaksanakan pada waktu yang telah ditetapkan, maka salat menjadi amalan ibadah yang paling dicintai oleh Allah. Oleh sebab itu, hendaknya salat segera dikerjakan dan ditunaikan di awal waktunya.
    3. Berbakti kepada kedua orang tua. Keduanya memiliki jasa besar bagi kehidupan setiap insan. Oleh karena itu hak keduanya menjadi begitu agung. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amalan wajib, menjadi kecintaan Allah.

Di dalam bahasa Arab Al-Birr (البر) adalah sebuah kata yang mencakup segala bentuk perbuatan baik. Oleh sebab itu, segala kebaikan anak bagi kedua orang tuanya menjadi bentuk bakti yang dicintai oleh Allah walau hanya sekadar membahagiakan keduanya dengan ucapan yang indah. Apalagi bila dibarengi dengan perbuatan baik. Ucapan lembut, sopan santun, kasih sayang, perhatian, tidak kasar, menghormati kolega dan kawan-kawan orang tua juga masuk dalam bentuk bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya.

Bakti sangat ditekankan kepada ayah dan ibu, akan tetapi bakti tidak terbatas kepada keduanya saja. Bila orang tua keduanya (kakek/nenek) masih ada, bakti kepada mereka pun juga merupakan bagian dari perbuatan bakti yang dicintai oleh Allah.

    1. Jihad di jalan Allah yakni dalam peperangan melawan orang-orang kafir2. Pada dasarnya hukum jihad ialah fardu kifayah,, namun bisa menjadi fardu ain dalam beberapa kondisi.
Baca juga:  HADIS ISTIHADAH

Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab “Mūjaz al-Kalām ‘ala ‘Umdah al-Ahkām” karya Dr. Manṣūr bin Muhammad Al-Ṣaq’ūb hafizhahullāh.

2 Yang dimaksud ialah kafir harbi yakni kafir yang memilih memerangi kaum muslimin. Tidak termasuk di dalamnya kafir żimmi, kafir mu’āhad, dan kafir musta’man.

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments