Daftar Isi:
HADIS PERTAMA:
عَنْ أَنَسٍ بن مالك رضي الله عنه، قَالَ: كُنَا نُبَكِّرُ بِالْجُمُعَةِ وَنَقِيلُ بَعْدَ الْجُمُعَة
Dari Anas bin Mālik raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata, “Kami dahulu bersegera menghadiri salat Jumat lalu kami qailulah (istirahat siang) setelahnya.” (H.R. Bukhari dalam kitab Ṣaḥīḥ-nya; Kitab al-Jumu’ah, Bab “Waktu Salat Jumat”, no. 905 dan di Bab “Istirahat Siang Setelah Jumat”, no. 940)
HADIS KEDUA:
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رضي الله عنه، قَالَ: مَا كُنَّا نَقِيلُ، وَلَا نَتَغَدَّى إِلَّا بَعْدَ الجُمُعَةِ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Sahl bin Sa’d raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata, “Kami dahulu di zaman Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam tidak qailulah (istirahat siang) dan tidak makan siang melainkan setelah melaksanakan salat Jumat.” (H.R. Bukhari dalam kitab Ṣaḥīḥ-nya; Kitab al-Jumu’ah, Bab “Firman Allah Ta’ālā (artinya), Apabila Salat Telah Ditunaikan maka Berpencarlah di Muka Bumi”, no. 939, dan Muslim dalam kitab Ṣaḥīḥ-nya; Kitab al-Jumu’ah, Bab “Salat Jumat Setelah Matahari Tergelincir”, no. 859 di Bab “Istirahat Siang Setelah Jumat”, no. 940)
FIKIH DAN FAEDAH KEDUA HADIS:
- Perhatian dan pengagungan para sahabat riḍwānullāhi ‘alaihim jamī’an terhadap salat Jumat.
- Keutamaan bercepat-cepat dalam menghadiri salat Jumat dan para sahabat Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah contoh terbaik dalam hal ini.
- Perhatian dan antusias para sahabat dalam menukil sunah Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam.
- Qailulah (istirahat siang) dan gada (makan siang) adalah dua hal yang dikenal dan dicontohkan oleh para sahabat sejak zaman Nabi Muḥammad ṣalallāhu ‘alaihi wa sallam.
- Ibnu al-Aṡīr berkata, “Qailulah adalah beristirahat di pertengahan siang walaupun tidak disertai dengan tidur.”(1)
- Para sahabat riḍwānullāhi ‘alaihim jamī’an mengundur waktu istirahat dan makan siang setelah salat Jumat agar dapat menghadirinya di awal-awal waktu dan tidak terlambat.
- Kebiasaan para sahabat istirahat dan makan siang umumnya sebelum salat Zuhur selain hari Jumat.(2)
- Hadis ini walaupun ẓāhir-nya maukuf namun hukumnya marfuk sampai kepada Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam karena Sahl bin Sa’d raḍiyallāhu ‘anhu meriwayatkan bahwa perbuatan mereka itu terjadi di zaman Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam.(3)
Footnote:
(1) Al-Nihāyah fī Garīb al-Ḥadīṡ (4/ 133).
(2) Lihat: Aḥādīṡ al-Jumu’ah (hal. 190).
(3) Lihat: Nuzhah al-Naẓar (hal. 107).