HADIS PERTAMA BAB: FIRMAN ALLAH TA’ALA ARTINYA: “KAMI TELAH MEWASIATKAN KEPADA MANUSIA AGAR BERBUAT BAIK KEPADA KEDUA ORANG TUANYA.” (Q.S. AL-‘ANKABUT: 8)Perkiraan waktu baca: 2 menit

27
Hadis

Bab: Firman Allah Ta’alā:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا﴾ [العنكبوت: 8]‌‌﴿

Artinya: “Kami telah mewasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya.” (Q.S. al-‘Ankabūt: 8)

SANAD DAN MATAN HADIS:

1- قال الإمام البخاري -رحمه الله-: حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ: الْوَلِيدُ بْنُ الْعَيْزَارِ أَخْبَرَنِي قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ يَقُولُ: حَدَّثَنَا صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ، وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عز وجل؟ قَالَ: الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا، قُلْتُ: ‌ثُمَّ ‌أَيٌّ؟ قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ ، قُلْتُ: ‌ثُمَّ ‌أَيٌّ؟ قَالَ: ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ. قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ، وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي

Artinya:

Imam al-Bukhārī raimahullāh berkata, “Abū al-Walīd telah menceritakan kepada kami. Ia berkata, ‘Syuʿbah telah menceritakan kepada kami’. Ia berkata, ‘Al-Walīd bin al-ʿAyzār telah mengabarkan kepadaku’. Ia berkata, ‘Aku mendengar Abū ʿAmr al-Syaibānī berkata, ‘Pemilik rumah ini telah menceritakan kepada kami -dan ia memberi isyarat dengan tangannya ke rumah ʿAbdullāh bin Mas’ūd raḍiyallāhu ‘anhu-, ia berkata, ‘Aku bertanya kepada Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, ‘Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah ʿazza wa jalla’? Beliau allallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Salat pada waktunya’. Aku berkata, ‘Kemudian apa lagi’? Beliau bersabda, ‘Kemudian berbakti kepada kedua orang tua’. Aku berkata, ‘Kemudian apa lagi’? Beliau bersabda, ‘Kemudian berjihad di jalan Allah’.”

Ibnu Mas’ūd raḍiyallāhu ‘anhu berkata, “Nabi allallāhu ‘alaihi wa sallam menceritakan kepadaku tiga hal itu dan seandainya aku meminta tambahan, tentu beliau akan menambahkannya.”

TAKHRIJ HADIS:

Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam al-Bukhārī dalam Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Kitāb al-Adab, Bāb “Firman Allah Ta‘ālā: Kami mewasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya”, no. 5970; dan oleh Imam Muslim dalam Ṣaḥīḥ Muslim, Kitāb al-Īmān, Bāb “Iman kepada Allah Ta‘ālā Amalan yang Paling Utama”, no. 85.

PENJELASAN KOSA KATA DAN SYARAH HADIS:

أَحَبُّ إِلَى اللهِ: sesuatu yang Allah cintai dan Dia rida terhadapnya, lebih daripada amalan-amalan yang lain.

الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا: yang dimaksud dengan “waktu” di sini adalah waktu yang disunahkan (waktu utama yang paling dianjurkan), bukan sekadar tidak keluar dari waktunya, melainkan menunaikan salat di awal waktu yang afdal.

الْبِرّ: lawan dari durhaka (al-ʿuqūq), yaitu berbakti kepada kedua orang tua dan menunaikan hak-hak mereka.

الْجِهَاد: ialah memerangi orang-orang kafir untuk meninggikan kalimat Allah, dengan jiwa, harta, dan segala yang dimiliki seorang Muslim.

وَلَوْ استزدتُه: maksudnya adalah seandainya aku meminta beliau (Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam) untuk menambah (menyebutkan) lebih banyak lagi, tentu beliau akan menambahkannya, tentang tingkatan-tingkatan amalan yang paling utama.

FIKIH DAN FAEDAH HADIS:

  1. Keutamaan sahabat ‘Abdullāh bin Mas’ūd raḍiyallāhu ‘anhu.
  2. Bertanya merupakan salah satu wasilah utama dalam menuntut ilmu.
  3. Allah ‘azza wa jalla mencintai hamba-hamba-Nya yang senantiasa melakukan amal saleh.
  4. Amalan-amalan saleh bertingkat-tingkat kedudukannya di sisi Allah; ada yang lebih utama dan lebih dicintai-Nya dibanding yang lain.
  5. Pentingnya mengetahui fikih prioritas, agar seorang muslim dapat mendahulukan amalan yang lebih utama dan lebih dicintai Allah.
  6. Keutamaan himmah ‘āliyah, yaitu memiliki tekad dan obsesi tinggi untuk mengetahui serta melakukan amalan terbaik.
  7. Anjuran untuk menjaga salat di awal waktunya, hal ini merupakan hak Allah yang paling agung dan amalan yang paling utama setelah tauhid.
  8. Keutamaan berbakti kepada kedua orang tua dan hak yang paling agung di antara hak-hak sesama hamba adalah hak kedua orang tua.
  9. Keutamaan jihad fī sabīlillāh sebagai bentuk pengorbanan yang paling afdal.
  10. Bolehnya menggunakan kata “لَوْ” (seandainya) dalam konteks pemberitaan (informasi), bukan dalam konteks penyesalan; sebagaimana perkataan Ibnu Mas‘ūd raḍiyallāhu ‘anhu, “Seandainya aku memintanya untuk menambah, niscaya beliau akan menambah.
  11. Dibolehkan bagi seorang penuntut ilmu untuk mengajukan beberapa pertanyaan dalam satu majelis.
  12. Boleh mengulangi pertanyaan dengan redaksi yang sama apabila bertujuan untuk memperoleh faedah tambahan.
  13. Memberikan jawaban sesuai dengan perbedaan keadaan dan kondisi orang yang bertanya adalah yang lebih tepat.
  14. Pengagungan para sahabat kepada Rasulullah allallāhu ‘alaihi wa sallam, hingga mereka menahan diri untuk tidak terlalu banyak bertanya.
  15. Kesabaran sang mufti dan guru terhadap penanya dan murid.
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments