
SIFAT UCAPAN RASULULLAH ﷺ [1]
Pertama: Allah Ta’ala berfirman,
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَىٰ * مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَىٰ * وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ * إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ
“Demi bintang ketika terbenam. Teman kalian (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tidaklah dia berbicara dari hawa nafsu. Ucapannya tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm: 1–4)
Kedua: Rasulullah ﷺ bersabda kepada Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu,
اُكْتُبْ، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا خَرَجَ مِنِّي إِلَّا الْحَقُّ
“Tulislah! Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah keluar dariku kecuali kebenaran.” (Hadis hasan, diriwayatkan oleh Abu Dawud)
Ketiga: Rasulullah ﷺ bersabda,
نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ، وَأُوتِيتُ جَوَامِعَ الْكَلِمِ، وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا، وَبَيْنَمَا أَنَا نَائِمٌ أُتِيتُ بِمَفَاتِحِ الْأَرْضِ، فَثُلِتَتْ فِي يَدِي
“Aku diberi kemenangan dengan rasa takut (yang ditanamkan pada musuh), aku diberi (kemampuan) mengucapkan kalimat yang ringkas tapi penuh makna, dan dijadikan bumi untukku sebagai tempat salat dan alat bersuci. Ketika aku sedang tidur, aku didatangi dengan kunci-kunci bumi, lalu diletakkan di tanganku.” (HR Al-Bukhari)
– Jawāmi’ al-kalim: ucapan yang sedikit namun bermakna banyak.
– Diberi kunci-kunci perbendaharaan bumi: Abu Hurairah berkata,
ذَهَبَ رَسُولُ اللهِ وَأَنْتُمْ تَسْتَخْرِجُونَهَا
“Rasulullah telah pergi, dan kalianlah yang akan mengambil harta itu.”
– Diletakkan di tanganku: artinya diserahkan atau diberikan.
Keempat: Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
مَا كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَسْرُدُ كَسَرْدِكُمْ هَذَا، وَلَكِنَّهُ كَانَ يَتَكَلَّمُ بِكَلَامٍ بَيِّنٍ فَصْلٍ، يَحْفَظُهُ مَنْ جَلَسَ إِلَيْهِ
“Rasulullah ﷺ tidak berbicara seperti kalian berbicara dengan cepat, namun beliau berbicara dengan jelas dan terpisah-pisah sehingga siapa pun yang duduk bersamanya dapat menghafalnya.” (HR. Muslim)
Kelima:
كَانَ يُحَدِّثُ حَدِيثًا لَوْ عَدَّهُ الْعَادُّ لَأَحْصَاهُ
“Beliau berbicara dengan ucapan yang jika dihitung oleh seorang penghitung, maka ia bisa menghitungnya.” (Muttafaq ‘alaih)
Keenam:
كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ طَوِيلَ الصَّمْتِ
“Rasulullah ﷺ adalah orang yang panjang diamnya.” (HR. Ahmad dengan sanad hasan)
Ketujuh:
كَانَ ﷺ يُعِيدُ الْكَلِمَةَ ثَلَاثًا لِتُعْقَلَ عَنْهُ
“Beliau ﷺ mengulangi ucapan yang penting sebanyak tiga kali agar dipahami darinya.” (HR. Bukhari)
Dalam riwayat lain:
حَتَّى تُفْهَمَ عَنْهُ
“hingga dipahami darinya.”
Yang dimaksud adalah kata-kata penting yang perlu diulang agar dimengerti dengan baik.
Kedelapan:
كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يُحِبُّ الْجَوَامِعَ مِنَ الدُّعَاءِ، وَيَدَعُ مَا بَيْنَ ذَلِكَ
“Nabi ﷺ menyukai doa-doa yang ringkas (padat makna) dan meninggalkan selain itu.” (Hadis sahih, HR. Ahmad)
Kesembilan:
كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ، وَعَلَا صَوْتُهُ، وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ، حَتَّى كَأَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ، يَقُولُ: صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ
“Apabila Rasulullah ﷺ berkhutbah, maka kedua matanya memerah, suaranya meninggi, dan kemarahannya memuncak, seakan-akan beliau seorang pemberi peringatan bagi pasukan (musuh), yang berkata: ‘Pagi kalian diserang! Sore kalian diserang!'” (HR. Muslim)
Footnote:
[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab Quthuf min Asy-Syama’il Al-Muhammadiyyah Wal-Akhlaq An-Nabawiyyah wal-Adab Al-Islamiyyah karya Muhammad bin Jamil Zainu (Pengajar di Darul Hadits Al-Khairiyyah, Makkah Al-Mukarramah), cetakan kelima belas; telah ditambah dan direvisi.