
وَعَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ((إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ الْمُؤَذّنِ)). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Artinya:
Dari Abū Sa’īd al-Khudrī t bahwa Rasulullah r bersabda, “Jika kalian mendengar panggilan azan maka ucapkanlah seperti yang dilafazkan muazin.” Muttafaqun ‘alaihi. [1]
Faedah dan istinbat dari hadis:
- Menjawab panggilan azan disepakati ulama adalah suatu tuntutan dalam syariat, hadis tersebut sebagai dalilnya.
- Ada perbedaaan tentang kaifiat menjawab azan, secara tekstual hadis tersebut mengajarkan kaifiatnya adalah dengan mengulang lafaz muazin secara utuh.
Imam al-Syāfi’ī berpendapat bahwa orang yang mendengar azan menjawab dengan lafaz yang dikumandangkan muazin, namun mengganti lafaz al-ḥay’alah (ḤAYYA ‘ALAṢṢALĀH, ḤAYYA ‘ALAL FALĀḤ) dengan al-ḥawqalah (LĀ ḤAWLA WALĀ QUWWATA ILLĀ BILLĀH).
Artinya, hadis tersebut bersifat umum dan dikhususkan dengan hadis lainnya.[2]
- Kaifiat menjawab azan juga dijelaskan ulama adalah dengan langsung menjawabnya ketika setiap lafaz selesai diucapkan dan tidak menunggu muazin selesai dari azan atau semua lafaz azan.
- Jika seseorang sedang melaksanakan salat, apakah dia harus juga menjawab panggilan azan?
Ada tiga pendapat dalam masalah ini, pertama, bahwa orang tersebut menjawabnya meskipun sedang salat. Kedua, dia tidak menjawabnya karena salat adalah suatu aktivitas atau kesibukan ibadah yang tersendiri sehingga tidak boleh dicampuri dengan hal lainnya.
Ketiga, dibedakan antara salat sunnah ada dan salat wajib, karena salat sunnah lebih ringan urusannya.[3]
Pendapat kedua tentu lebih sesuai dengan dalil dan kaidah fikih.
- Hadis tersebut juga menunjukkan bahwa lafaz “الْمِثْلِ” tidak bermakna dan berkonsekuensi kesamaan sifat dalam segala hal hingga suara harus sama nyaring antara orang yang mendengar azan dan muazin.[4]
Footnote:
[1] H.R. al-Bukhāri (611) dan Muslim (383).
[2] Hadis nomor 194 dalam kitab ini.
[3] Ibnu Daqīq al-‘Īd. Iḥkāmul Aḥkām Syarḥ ‘Umdatil Aḥkām. Jilid 1, hlm. 209.
[4] Ibid.