HAJI WADAK[1]
Daftar Isi:
Abu Bakar raḍiyallāhu ‘anhu Memimpin Jemaah Haji
Pada tahun ke 9 Hijriah, Rasulullah ﷺ mengutus Abū Bakar raḍiyallāhu ‘anhu memimpin jemaah haji, beliau pun melaksanakan ibadah haji bersama kaum muslimin. Nabi ﷺ juga mengutus ‘Ālī raḍiyallāhu ‘anhu untuk membacakan awal surah al-Taubah kepada manusia dan memutuskan perjanjian dengan kaum musyrikin, serta mengumumkan kepada mereka bahwa setelah tahun ini tidak diperbolehkan bagi orang musyrik datang berhaji dan tidak diperbolehkan tawaf di Ka’bah dalam keadaan telanjang sebagaimana yang biasa dilakukan orang-orang jahiliah.
Haji Wadak
Pada tahun ke 10 Hijriah, Rasulullah ﷺ melaksanakan haji wadak (haji perpisahan), beliau keluar bersama kaum muslimin dari berbagai macam kabilah dan penjuru negeri, jumlah mereka mencapai lebih dari seratus ribu orang. Kemudian Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada mereka manasik haji dan berkhotbah di hadapan mereka pada hari Arafah, beliau membaca firman Allah Ta’ālā,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Artinya:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” [Q.S. al-Mā’idah: 3]
Beliau mengabarkan kepada mereka bahwa agama ini telah sempurna, dan mewasiatkan kepada mereka untuk senantiasa berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunah, mengharamkan darah, harta, dan kehormatan sesama mereka, dan ini merupakan khotbah perpisahan dari beliau ﷺ.
Mengutus Usamah
Pada bulan Safar, tahun ke 11 Hijriah, Rasulullah ﷺ mempersiapkan pasukan untuk berperang dengan Romawi, beliau menjadikan Usāmah bin Zaid raḍiyallāhu ‘anhumā sebagai pemimpin pasukan tersebut, pasukanpun keluar dan berkumpul di Jurf, kemudian sampai kabar kepada mereka bahwa Rasulullah ﷺ jatuh sakit.
Ringkasan Peperangan dan Pasukan Utusannya ﷺ
Seluruh peperangan dan pasukan utusan yang beliau ﷺ utus terjadi setelah hijrah, dalam kurun waktu 10 tahun. Pasukan utusan (sariyyah) yang beliau kirim jumlahnya sekitar 60 kali, dan peperangan yang beliau pimpin (gazwah) jumlahnya 27 kali. Rasulullah ﷺ berperang pada 9 di antaranya, yaitu: perang Badar, Uhud, Khandaq, Quraiẓah, Mushṭaliq, Khaibar, Fatḥu Makkah, Hunain, dan Ṭaif. Sejumlah ayat suci Al-Qur’an turun pada beberapa peperangan tersebut.
Peperangan-peperangan yang Turun di Dalamnya Ayat Suci Al-Qur’an
Perang Badar: Turun di dalamnya surah al-Anfāl, maka dinamakan juga dengan surah Badar.
Perang Uhud: Turun di dalamnya ayat bagian akhir surah Ali Imran dari firman Allah Ta’ālā,
وَإِذْ غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ
Artinya:
“Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang.” [Q.S. Ali Imran: 121] Hal ini berlanjut hingga beberapa ayat sebelum ayat terakhir.
Perang Khandaq, Bani Quraiẓah, dan Khaibar: Turun di dalamnya awal surah al-Aḥzab
Perang Bani Naḍir: Turun di dalamnya surah al-Hasyr.
Perang Hudaibiyah dan Khaibar: Turun di dalamnya surat al-Fatḥ, di dalam surah tersebut ada isyarat tentang Fatḥu Makkah, dan disebutkan tentang Fatḥu Makkah secara jelas di dalam surat al-Naṣr.
Perang Tabuk: Turun di dalamnya ayat-ayat dari surat al-Taubah.
Rasulullah ﷺ pernah terluka pada satu peperangan, yaitu perang Uhud.
Para Malaikat ikut berperang bersama beliau ﷺ pada perang Badar, Uhud, dan Hunain.
Begitu juga di perang Khandaq, para Malaikat turun dan membuat pasukan kaum musyrikin guncang dan terkalahkan.
Beliau ﷺ juga pernah melemparkan kerikil di depan kaum musyrikin yang membuat mereka melarikan diri.
Kemenangan beliau raih pada perang Badar dan Hunain.
Beliau pernah berperang dengan menggunakan manjaniq (alat perang zaman dulu dengan cara melontar) pada satu peperangan, yaitu perang Ṭaif.
Beliau pernah berlindung dengan menggunakan parit pada satu peperangan yaitu perang Aḥzab, yang diusulkan oleh Salmān al-Fārisī raḍiyallāhu ‘anhu.
Footnote
[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab al-Mukhtaṣar al-Mufīd li Sirah al-Nabi al-Muṣṭafā ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam wa Syamā’ilihi karya Haiṡam bin Muḥammad Sarhān (Mantan Pengajar Ma’had Masjid Nabawi dan pengasuh situs: alsarhaan.com.