Berwudu Karena Menyentuh Kubul[1]
وَعَنْ بُسْرَةَ بِنْتِ صَفْوَانَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ قَالَ: ((مَنْ مَسَّ ذَكَرَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ)). رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ، وَابْنُ مَاجَهْ، وَالنَّسَائِيُّ، وَالتِّرْمِذِيُّ وَابْنُ حِبَّانَ فِي((صَحِيْحِهِ))، وَقَالَ البُخَارِيُّ: أَصَحُّ شَيْءٍ فِي هَذَا الْبَابِ حَدِيْثُ بُسْرَةَ
Dari Busrah binti Ṣafwān bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Siapa yang menyentuh kemaluannya (zakar), hendaklah dia berwudu.” Hadis ini riwayatkan oleh Aḥmad, Abū Dāud, Ibnu Mājah, al-Nasā’ī, Tirmiżī dan Ibnu Ḥibbān dalam al-Ṣaḥīḥ-nya. Al-Bukhārī pernah berkata, “Hadis paling sahih (yang ada) terkait bab tersebut adalah hadis Busrah.”[2]
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((إِذَا أَفْضَى أَحُدُكُمْ بِيَدِهِ إِلَى فَرْجِهِ لَيْسَ دُوْنَهَا حِجَابٌ فَقَدْ وَجَبَ عَلَيْهِ الوُضُوءُ)). رَوَاهُ أَحْمَدُ، وَالطَّبَرَانِيُّ وَهَذَا لَفظه، وَالدَّارَقُطْنِيُّ، وَابْنُ حِبَّان، وَالحَاكِمُ وَصَحَّحَهُ
Dari Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, beliau berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Jika seseorang membentangkan tangannya menyentuh kemaluannya dan tidak ada hijab (lapik/pembatas) antara keduanya, maka ia wajib berwudu (kembali)’.” Hadis ini diriwayatkan oleh Aḥmad, al-Ṭabrānī dan ini lafal dari beliau, al-Dāraquṭnī dan Ibnu Ḥibbān serta al-Ḥākim dan beliau mensahihkannya.
Daftar Isi:
Kosa kata hadis:
Busrah binti Ṣafwān bin Naufal bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza bin Quṣay al-Quraisyiah al-Asadiyah adalah bibi dari Marwān bin al-Ḥakam atau nenek dari ‘Abdul Mālik bin Marwān atau anak perempuan dari saudara laki-laki Waraqah bin Naufal.[3]
Makna hadis:
Sahabiyah Busrah binti Ṣafwān raḍiyallāhu ‘anhā menyebutkan sabda Nabi Muhammad ﷺ bahwa seseorang yang telah berwudu atau dalam keadaan taharah jika menyentuh kemaluannya maka harus berwudu kembali karena wudunya telah batal. Hadis Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu yang berikutnya mempertegas makna bahwa yang dimaksud adalah menyentuh tanpa ada pembatas atau alas pada tangan atau kemaluan atau kedua-duanya.
Faedah dan istinbat dari hadis:
- Hadis ini menjadi dalil bahwa menyentuh kubul (kemaluan) mengakibatkan batalnya wudu jika menyentuh kemaluan tanpa ada alas tangan.[4]
Jika tangan tidak ada alasnya, namun tangan tersebut tidak menyentuh langsung kemaluan karena ada pakaian atau yang semisalnya yang menghalangi maka tidak batal wudunya.
Ulama berbeda pandangan terkait masalah ini. Beberapa ulama salaf, antara lain: Umar, Sa’ad bin Abī Waqqās, Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbās dan Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhum mewajibkan berwudu kembali jika seseorang menyentuh kemaluan. Demikian juga mazhab al-Auza’ī, al-Syāfi’ī, Aḥmad, Isḥāq raḥimahumullāh.
Namun demikian, Imam al-Syāfi’ī memiliki syarat tambahan, yaitu menyentuh dengan bagian dalam telapak tangan dan bukan dengan punggung telapak tangan. Sedangkan ‘Ālī bin Abī Ṭālib, ‘Abdullāh bin Mas’ūd, Ammar, Hużaifah dan Abū Dardā’ serta mazhab Abū Ḥanīfah dan al-Ṡaurī berpendapat bahwa menyentuh kemaluan tidak membatalkan wudu.[5]
- Hadis tersebut menunjukkan jika seseorang memegang atau menyentuh kemaluannya dengan pembatas atau alas maka wudunya tidak batal.
Footnote:
[1] Abū Dāud (181), judul bab yang beliau tulis.
[2] H.R. Aḥmad (27293), Abū Daud (181), Ibnu Mājah (479), Tirmiżī (82), dan al-Nasā’i (1/100). Hadis ini disahihkan oleh pen-tahqiq kitab al-Musnad.
[3] Ibnu Sa’ad. Op. Cit. Jilid 8, hlm 245.
[4] al-Syaukānī. Nailul Auṭar. Jilid 1, hlm. 251.
[5] al-Khaṭṭābī. Ma’ālim al-Sunan. Jilid 1, hlm. 64.