TIGA DOSA TERBESAR

591
TIGA DOSA TERBESAR
TIGA DOSA TERBESAR
Perkiraan waktu baca: 3 menit

Daftar Isi:

REDAKSI HADIS:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رضي الله عنه قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ؟ قَالَ: أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ، قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ خَشْيَةَ أَنْ يَأْكُلَ مَعَكَ، قَالَ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ جَارِكَ، وَأَنْزَلَ اللهُ تَصْدِيقَ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ… الْآيَةَ

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu beliau berkata, “Saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, dosa apa yang paling besar?’ Beliau menjawab, ‘Kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia yang menciptakanmu.’ Saya bertanya (lagi), ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau bersabda, ‘Kamu membunuh anakmu karena takut dia makan bersamamu.’ Ibnu Mas’ud bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau bersabda, ‘Kamu menzinai istri tetanggamu sendiri.’ Allah menurunkan ayat-Nya sebagai penegasan kebenaran sabda Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam (artinya), “Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan yang lain, dan tidak membunuh jiwa yang Allah haramkan membunuhnya kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina….” Q.S. Al Furqan: 68.

TAKHRIJ HADIS:

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitabnya Shahih al-Bukhari, Kitab al-Adab, Bab Membunuh Anak Karena Khawatir Sang Anak Makan Bersamanya, no. 6001, dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya Shahih Muslim, Kitab al-iman, Bab Syirik Adalah Dosa Terburuk, nomor 86.

BIOGRAFI SAHABAT PERAWI HADIS:(1)

Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil al-Hudzali. Kunyah beliau adalah Abu Abdurrahman. Beliau kadang dinisbahkan kepada ibunya karena ayahnya mati di zaman jahiliah, sementara ibunya masih mendapati Islam dan masuk Islam. Karena itu, ibu beliau sering digelari Ummu Abd, sementara Ibnu Mas’ud digelari Ibnu Ummi Abd. Beliau termasuk kalangan al-Sabiqun al-Awwalun (para sahabat yang masuk Islam di awal dakwah), mengikuti dua hijrah, ke Habasyah dan ke Madinah. Beliau juga mengikuti Perang Badar dan beliaulah yang berperan besar membunuh Abu Jahal dalam Perang Badar.

Baca juga:  HARAMNYA KEZALIMAN SESAMA HAMBA

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda tentang Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu (artinya), “Barang siapa yang ingin membaca Al-Qur’an, asli sebagaimana ketika diturunkan, maka bacalah sebagaimana cara membaca Ibnu Ummi Abd (Ibnu Mas’ud).” (HR. Ahmad)

Ibnu Mas’ud pernah mengatakan tentang diri beliau, “Sesungguhnya, para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengetahui bahwa aku adalah orang yang paling memahami al-Qur’an. Demi Allah, Zat yang tidak Tuhan yang berhak disembah selain diri-Nya, tidaklah diturunkan satu surat pun dalam al-Qur’an, kecuali aku mengetahui di mana surat ini turun, tentang siapa ayat ini turun. Andaikan aku mengetahui bahwa ada orang yang lebih mengetahui tentang al-Qur’an daripada aku, dan keberadaannya membutuhkan untuk naik unta, niscaya aku akan mendatanginya.”

Di antara keistimewaan beliau yang lain adalah beliau merupakan sahabat yang sering mendampingi dan berkhidmat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau siapkan sendal, air wudu, dan bantal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena seringnya bersama Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam menjadikan sifat dan perilaku beliau senantiasa sesuai dengan sunah-sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hudzaifah radhiyallahu anhu pernah mengatakan, “Saya tidak melihat seseorang yang gerak-gerik dan tingkah lakunya lebih mirip dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada Ibnu Ummi Abd.”

Di masa Khalifah Umar, beliau diutus ke Kufah untuk mengajari masyarakat tentang agama. Sementara itu, Umar menunjuk Ammar bin Yasir sebagai gubernur di Kufah. Umar berpesan kepada masyarakat Kufah, “Sesungguhnya dua orang ini adalah dua sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan pilihan, maka teladani keduanya.” Kemudian, beliau ditarik ke Madinah dan meninggal di Madinah tahun 32 H dalam usia enam puluh tahun lebih. Beliau dikuburkan di Pemakaman Baqi’ di Madinah dan disalati jenazahnya oleh Usman bin Affan, radhiyallahu ‘an jami’ al shahabah.

FAEDAH DAN KESIMPULAN:

  1. Disyariatkannya bertanya dan mempelajari tentang dosa dan maksiat untuk menghindari dan menjauhinya.
Baca juga:  AKHLAK JIBILAH DAN MUKTASAB

2. Dosa di sisi Allah azza wajalla bertingkat-tingkat hukuman dan siksanya.

3. Mempersekutukan Allah subhanahu wa taala dengan sesuatu adalah dosa yang terbesar.

4. Allah yang merupakan al-Khaliq (Maha Pencipta) hanya Dia satu-satunya yang patut disembah.

5. Bolehnya bertanya lebih dari satu pertanyaan dalam satu majelis selama diizinkan.

6. Besarnya dosa membunuh apalagi jika yang dibunuh adalah anak yang merupakan amanah dan rezeki yang datang dari Allah azza wajalla.

7. Di antara dosa terbesar adalah kurangnya atau lemahnya keyakinan seseorang bahwa Allah adalah al-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki).

8.  Setiap anak bahkan setiap makhluk yang melata di muka bumi ini telah ditetapkan rezekinya masing-masing oleh Allah tabaraka wa ta’ala.

9. Zina adalah di antara dosa terbesar apalagi jika dilakukan dengan seseorang yang memiliki hak sangat mulia untuk ditunaikan dan dihormati seperti tetangga kita sendiri.

10. Di antara faktor yang menyebabkan bertambahnya tingkatan dosa di sisi Allah azza wajalla jika hal itu dilakukan kepada yang memiliki hak mulia dan besar atas kita.

11. Pentingnya mengetahui fikih prioritas baik dalam kebaikan maupun kejahatan.

12. Keutamaan dan kefakihan dari sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu dimana beliau telah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentang amalan yang paling dicintai oleh Allah (lihat kembali hadits no. 1 dalam Kitab Adab ini) dan sebaliknya beliau juga bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang dosa yang terbesar.

13. Al-Qur’an dan hadis adalah 2 wahyu yang saling menjelaskan dan menafsirkan satu sama lain.

 


Footnote:

(1) Lihat: Al-Isti’ab karya Ibn Abdilbarr (3/987), Usdu al-Ghabah karya Ibn al-Atsir (3/381), dan al-Ishabah karya Ibnu Hajar (4/ 198).

Baca juga:  KEUTAMAAN MENYANTUNI KAUM DUAFA
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments