SUNAH DALAM MEMBASUH KEPALA KETIKA BERWUDU

378
SUNAH DALAM MEMBASUH KEPALA KETIKA BERWUDU
SUNAH DALAM MEMBASUH KEPALA KETIKA BERWUDU
Perkiraan waktu baca: 2 menit

وَعَن فِطْرٍ، عَن أَبِي فَرْوةً، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى، قَالَ: رَأَيْتُ عليًا تَوَضَّأَ، فَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا، وَغَسَلَ ذِرَاعَيْهِ ثَلَاثًا، وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ وَاحِدَةً، ثُمَّ قَالَ: هَكَذَا تَوَضَّأَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم.َ رَوَاهُ أَبُو دَاوُد عَنْ زِيَادِ بنِ أَيُّوبَ، عَنْ عَبَيْدِ اللهِ مُوسَى، عَنْ فِطْرٍ. وَرُوَاتُهُ صَادِقُونَ مُخَرَّجٌ لَهُمْ فِي الصَّحِيْحِ. وَأَبُو فَرْوَة: اسْمُهُ مُسْلِمُ بنُ سَالِمٍ الجُهَنِيُّ

Dari Fithr, dari Abu Farwah, dari Abdurrahman bin Abi Laila, beliau berkata, “Saya melihat Ali radhiyallahu anhu berwudu dengan membasuh wajahnya sebanyak tiga kali, membasuh lengannya sebanyak tiga kali, membasuh kepalanya sekali, kemudian berkata, ‘Demikianlah Rasulullah ﷺ berwudu’.”

Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Daud[1] dari Ziyad bin Ayyub, dari Ubaidullah Musa, dari Fithr. Semua rawinya bersifat sidik dan mereka juga adalah para rawi yang termaktub dalam kitab al-Shahih. Abu Farwah nama beliau adalah Muslim bin Salim al-Juhani.

Daftar Isi:

Kosa kata hadis:

  1. Ali yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abu Manaf; Amirul Mukmimin, Abu al-Hasan al-Qurasyi al-Hasyimi.

Beliau termasuk sahabat yang paling awal masuk Islam dari golongan anak-anak. Beliau menggantikan Utsman menjadi khalifah pada bulan Zulhijjah tahun 35 hijriah.

Rasulullah ﷺ pernah memanggil Ali radhiyallahu anhu dengan panggilan Abu Turab, sehingga lakab tersebut menjadi panggilan yang paling disenangi.[2]

Abdullah bin Mas’ud pernah menegaskan bahwa Ali radhiyallahu anhu adalah orang yang paling cakap dan berilmu dalam bidang peradilan Islam dari semua penduduk kota Madinah.

Ali radhiyallahu anhu  meriwayatkan 586 hadis dari Nabi ﷺ, al-Bukhari dan Muslim bersepakat meriwayatkan 20 hadis; 9 hadis hanya diriwayatkan oleh al-Bukhari dan 15 hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim saja.[3]

Baca juga:  BERSIWAK KETIKA BANGUN TIDUR DI MALAM HARI

Beliau wafat terbunuh pada usia 63 tahun di Kufah pada bulan Ramadan tahun 40 hijriah. Lama pemerintahan beliau adalah empat tahun sembilan bulan enam hari.[4]

  1. Abdurrahman bin Abi Laila; nama Abu Laila adalah Yasaar, sebagian riwayat menyebutkan Daud.

Beliau meriwayatkan hadis dari Ali bin Abi Thalib, Sahl bin Hunaif dan al-Baraa bin ‘Azib.

Diriwayatkan bahwa beliau wafat dalam keadaan tenggelam di sungai Bashrah, tahun 83 hijriah.[5]

Makna hadis:

Sifat wudu Nabi Muhammad ﷺ diriwayatkan oleh banyak sahabat. Pada hadis ini, rawinya adalah Ali Bin Abi Thalib; anak paman beliau sekaligus menantunya. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu menyifatkan wudu dengan membasuh wajah sebanyak tiga kali, membasuh tangannya sebanyak tiga kali, membasuh kepala sekali saja, dan kemudian beliau menisbatkan bahwa yang demikian adalah sifat wudu Nabi Muhammad ﷺ.

Faedah dan istinbat dari hadis:

  1. Hadis tersebut menunjukkan sunah dalam megusap kepala ketika berwudu hanya sekali saja. Ada perbedaan di kalangan ulama terhadap masalah ini. Imam ‘Atha dan al-Syafi’i menyatakan mustahab tiga kali sebagaimana anggota wudu yang lain, dengan berdalil pada beberapa hadis yang menyebutkan bahwa Nabi ﷺ membasuh kepala sebanyak tiga kali namun hadis-hadis tersebut umumnya dilemahkan oleh ulama hadis, di antaranya al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah.[6]
  2. Hadis ini tidak menyebutkan mencuci kedua kaki hingga ke mata kaki. Mencuci keduanya adalah fardu wudu sebagaimana yang disepakati oleh para ulama. Mencuci kedua kaki ketika berwudu tetap merupakan hal yang fardu meskipun tidak disebutkan pada hadis ini karena ada ihtimal bahwa rawi menyebutkan teks yang terkait dengan penekanan mana yang diulang basuhannya dan mana yang hanya sekali saja disapu ketika berwudu.
  3. Anjuran untuk membasuh anggota wudu sebanyak tiga kali dan tidak menambahkan dari bilangan tersebut.
  4. Perbedaan antara membasuh anggota wudu dan menyapu kepala, dengan penekanan bahwa menyapu kepala hanya satu kali saja.[7]
Baca juga:  HUKUM DAN SYARAT TAHARAH KETIKA MENYENTUH MUSHAF (BAGIAN KEDUA)

 


Footnote:

[1] H.R. Abu Daud (115).

[2] H.R. al-Bukhari (5851).

[3] Ibnu Daqiiq al-Ied. Syarah al-Ilmaam bi Ahaaditsil Ahkam. Dar al-Nawaadir, Suriah. Jilid 3 hlm. 518.

[4] Al-Kalaabaadzi; Ahmad bin Muhammad bin Al-Husain (w. 398 H). 1407 H. Al-Hidayah wal Irsyad fii Ma’rifah Ahli al-Tsiqah was Syadaad. Darul Ma’rifah, Beirut. Jilid 2, hlm. 525.

[5] Al-Kalaabaadzi. Op. Cit. Jilid 1, hlm. 460.

[6] Al-Syaukani. Nailul Authar. Jilid 1 , hlm. 200-202.

[7] Ibnu Daqiiq al-Ied. Syarah al-Ilmaam bi Ahaaditsil Ahkam. Dar al-Nawaadir, Suriah. Jilid 3 hlm. 534.

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments