PERMISALAN TENTANG URGENSI SALAT

359
PERMISALAN TENTANG URGENSI SALAT
PERMISALAN TENTANG URGENSI SALAT
Perkiraan waktu baca: 3 menit

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu AlKitab (AlQuran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-‘Ankabut 45)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا، مَا تَقُولُ: ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ ؟ قَالُوا: لاَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا، قَالَ: فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الخَمْسِ، يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الخَطَايَا

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu rumah salah seorang dari kalian lalu ia mandi dari air sungai itu lima kali setiap hari, apakah akan tersisa kotoran pada tubuhnya?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa sedikitpun kotorannya.” Rasulullah berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa-dosa.”[1]

⁕⁕⁕

Hadits ini menjelaskan salah satu urgensi rukun Islam yang kedua setelah syahadatain, yaitu ibadah shalat. Namun sebelum sampai ke sana, mari kita telaah kembali metode perbandingan yang Allah dan Rasul-Nya pergunakan untuk menjelaskan keutamaan ibadah shalat dan kerugian orang yang meninggalkannya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikan ibadah shalat sebagai pembeda antara seorang muslim dan kafir. Beliau bersabda:

إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ

Baca juga:  PERMISALAN TENTANG HIDUP SEORANG MUKMIN

“Sesungguhnya batas antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.”[2]

Keberuntungan dan kecelakaan seseorang juga diukur dengan kesungguhannya menegakkan ibadah shalat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ. الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.”[3]

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang yang lalai dari shalatnya.”[4]

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan surga bagi mereka yang menegakkan ibadah shalat.

وَقَالَ اللَّهُ إِنِّي مَعَكُمْ لَئِنْ أَقَمْتُمُ الصَّلَاةَ وَآتَيْتُمُ الزَّكَاةَ وَآمَنْتُمْ بِرُسُلِي وَعَزَّرْتُمُوهُمْ وَأَقْرَضْتُمُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَلَأُدْخِلَنَّكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ

“Dan Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasulKu dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai.”[5]

Sedangkan orang yang kafir akan diadzab di dalam neraka-Nya. Allah berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ. إِلَّا أَصْحَابَ الْيَمِينِ. فِي جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُونَ. عَنِ الْمُجْرِمِينَ. مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ. قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ

“Tiap-tiap jiwa bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Kecuali golongan kanan, mereka berada di dalam surga bertanya-tanya tentang keadaan orang-orang yang berdosa, “Apakah yang memasukkan kalian ke dalam neraka saqar ?” Mereka menjawab, “kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.”[6]

Dengan nash-nash ini maka hati akan tergerak untuk mengetahui lebih banyak tentang janji Allah dan Rasul-Nya bagi mereka yang menegakkan ibadah shalatnya. Karenanya dalam hadits di atas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membukanya dengan bertanya untuk menarik perhatian para sahabatnya. Beliau bersabda, “Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu rumah salah seorang dari kalian lalu ia mandi dari air sungai itu lima kali setiap hari.” Subhanallah, bisa disaksikan seperti apa metode dakwah dan taklim yang beliau terapkan! Para sahabat yang tinggal di tengah-tengah gurun pasir yang tandus, diapit oleh dua gunung batu besar di kota Madinah, namun beliau mengajak akal dan hati mereka untuk meraba-raba apa yang Allah janjikan bagi mereka. “Apakah akan tersisa kotoran pada tubuhnya?”, maka serempak jawaban mereka akan menafikan adanya kotoran tersebut. 

Baca juga:  MAKAN DENGAN LIDAH

Jika kita berhenti sejenak melihat padanan suku kata hadits Rasulullah, maka lisan kita tak akan berhenti memuji karena decak kagum kepadanya. “Sungai” bukankah ia adalah salah satu janji Allah yang disebutkan di dalam surga-Nya? Sesuatu yang sangat jarang dilihat oleh para sahabat kala itu, justru Rasulullah mengajak mereka untuk membayangkan kejernihan airnya, aliran airnya yang damai tenang, dan rasanya yang tawar menyegarkan. Kalimat “di dekat pintu rumah kalian,” menguatkan gambaran kenikmatan tempat tinggal seseorang di surga kelak yang di bawahnya mengalir sungai-sungai yang indah. Kalimat “mandi lima kali sehari” adalah penyempurna yang melengkapi gambaran indah tersebut bahwa mereka akan merasakan sungai-sungai itu dengan mandi di dalamnya. Inilah kenikmatan di atas kenikmatan. Sebab berapa banyak orang yang memiliki berbagai kenikmatan, namun ia tak dapat menyentuhnya sama sekali.

Dari gambaran yang indah inilah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengungkap maksud permisalannya, bahwa ibarat sungai tersebut adalah urgensi ibadah shalat yang akan menghapuskan segala kesalahan dan dosa seseorang. Sekaligus menguatkan keyakinan setiap kita bahwa Allah menciptakan air untuk kita pergunakan mensucikan tubuh dari kotoran yang zhahir, maka Dia pula yang memerintahkan kita menunaikan ibadah shalat untuk kita pergunakan mensucikan jiwa dari kotoran yang batin.  

 


Footnote:

[1] HR. Bukhari nomor 528 dan Muslim nomor 667.

[2] HR. Muslim nomor 82.

[3] QS. Al-Mukminun ayat 1-2.

[4] QS. Al-Ma’un ayat 4-5.

[5] QS. Al-Maidah ayat 12.

[6] QS. Al-Muddatstsir ayat 38-43.

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments