Dr. Maulana La Eda, Lc., M.A., Pengarang di MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH https://markazsunnah.com/author/maulana-la-eda/ Fri, 27 Sep 2024 11:20:44 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 SUNAH DUHA, WASIAT PENUH HIKMAH https://markazsunnah.com/sunah-duha-wasiat-penuh-hikmah/ https://markazsunnah.com/sunah-duha-wasiat-penuh-hikmah/#respond Mon, 17 Apr 2023 18:38:00 +0000 Allah ‘azza wa jalla telah menjadikan siang sebagai waktu untuk mencari rezeki dan karunia-Nya, dan menciptakan malam sebagai waktu untuk beristirahat menenangkan diri dari rasa letih dan penatnya kesibukan siang. Allah ‘azza wa jalla berfirman, وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتاً : ٩ وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاساً : ١٠ وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشاً : ١١ “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.Dan Kami jadikan […]

Artikel SUNAH DUHA, WASIAT PENUH HIKMAH pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
Allah ‘azza wa jalla telah menjadikan siang sebagai waktu untuk mencari rezeki dan karunia-Nya, dan menciptakan malam sebagai waktu untuk beristirahat menenangkan diri dari rasa letih dan penatnya kesibukan siang. Allah ‘azza wa jalla berfirman,

وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتاً : ٩ وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاساً : ١٠ وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشاً : ١١

“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.” (Surah An-Naba’: 9-11)

Itulah nikmat waktu, rezeki dan ketenangan yang dicurahkan oleh Allah ‘azza wa jalla atas hamba-hamba-Nya. Oleh sebab itu, dalam setiap waktu dan keadaan, Allah ‘azza wa jalla memerintahkan mereka untuk selalu bersyukur dan berzikir mengingat-Nya baik dalam heningnya, suasana malamnya, maupun di sela-sela padatnya kesibukan siang. Allah ‘azza wa jalla berfirman,

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِّمَنْ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُوراً :٦٢

“Dan Dia pula yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.” (Surah Al-Furqan: 62)

Demi mewujudkan tertanamnya rasa syukur para hamba dalam hati mereka. Allah ‘azza wa jalla menyariatkan kepada mereka berbagai macam ibadah -sebagai tujuan terciptanya makhluk-, baik berupa ibadah wajib maupun sunah. Salah satu ibadah yang paling agung dan utama yang Allah syariatkan sebagai bentuk penghambaan dan apresiasi rasa syukur terhadap-Nya adalah salat. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,

….وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلاَةُ..

“…Dan ketahuilah, bahwa sebaik-baik amal kalian adalah salat…”1 

Oleh sebab itu, kendatipun Allah ‘azza wa jalla telah mewajibkan salat lima waktu atas seorang muslim, Dia masih memberikan kesempatan kepadanya untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya dengan berbagai macam salat sunah di waktu-waktu malam dan siang hari. Di antara salat-salat sunah itu adalah “Salat Dhuha” yang banyak diabaikan oleh kebanyakan kaum muslimin, mungkin karena faktor ketidaktahuan mereka tentang salat ini ataupun karena faktor kemalasan dan tidak adanya semangat ibadah yang tinggi dalam diri mereka.

Jika dalam keheningan malam, Allah ‘azza wa jalla telah menjadikan tahajud dan witir sebagai ibadah sang hamba menyertai kenyamanan istirahat malam-malamnya, maka di sela-sela padatnya aktifitas dan kesibukan siang, Allah ‘azza wa jalla dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam menjadikan salat ini sebagai ibadah sunah yang paling utama di dalamnya. Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah mewasiatkan salat ini kepada beberapa sahabatnya, di antaranya Abu Hurairah, Abu Darda’ dan Abu Dzar al-Ghifary radhiyallahu anhum dengan wasiat yang sama. Simaklah penuturan Abu Hurairah radhiyallahu anhu  tentang wasiat yang agung ini sebagaimana yang terdapat dalam kitab Shahihain bahwasanya Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, “Kekasihku shallallahu ’alaihi wasallam mewasiatkan padaku dengan tiga perkara yang tidak akan saya tinggalkan, yaitu agar saya tidak tidur malam kecuali setelah salat witir, agar saya tidak meninggalkan dua rakaat salat Dhuha karena itu adalah salatnya orang-orang yang senantiasa kembali (bertobat) kepada Allah, dan agar berpuasa tiga hari setiap bulan.“2 

Ketahuilah -wahai saudaraku-, sesungguhnya hati yang berada dalam kesibukan dan padatnya aktifitas, kadang mengalami gangguan konsentrasi, lemahnya semangat kerja dan hilangnya ketenangan berpikir. Namun dengan berhenti sejenak, mengheningkan jiwa dan perasaan untuk mengingat dan berzikir kepada Allah ‘azza wa jalla serta memperbaharui niat amal dan aktifitas harian, hati dan pikiran akan kembali pada ketenangan yang dengannya seseorang dapat mencapai titik konsentrasi dan peningkatan aktifitas yang maksimal. Allah‘azza wa jalla telah berfirman,

الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ :٢٨

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang.” (Surah Ar-Ra’ad : 28)

Dan sebagaimana yang telah disebutkan bahwa bentuk zikir (mengingat) Allah ‘azza wa jalla yang paling agung adalah salat, maka menjadi suatu hikmah yang indah dan hal yang pantas, ketika Allah‘azza wa jalla meletakkan waktu salat Dhuha, tepat dalam momen-momen kesibukan mencari rezeki dan padatnya aktifitas harian yang menjenuhkan, baik itu sebelum mengawali aktifitas di awal pagi, di tengah-tengah aktifitas maupun menjelang istirahat sebelum tengah hari.

Jadi tidak diragukan lagi, salat Dhuha merupakan wasiat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang penting bagi para hamba yang senantiasa bertakarub (mendekatkan diri) kepada Allah ‘azza wa jalla, sebab mereka akan selalu mengingat Allah dalam setiap keadaan, bahkan di sela-sela kesibukan yang padat sekalipun, mereka masih dapat meluangkan sedikit waktu mereka untuk bermunajat kepada Rabb mereka Yang Maha Pemurah. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan jika Abu Hurairah radhiyallahu anhu menyebut salat Dhuha sebagai salatnya orang yang senantiasa kembali bertakarub dan bertobat kepada Allah ‘azza wa jalla.

Subhanallah

Seandainya hamba yang selalu melaksanakan salat Dhuha yang mendapatkan gelar dari Allah ‘azza wa jalla sebagai “al-tawwab (hamba yang senantiasa kembali bertobat dan bertakarub kepada Allah)”, maka cukuplah ini sebagai fadilah dan keistimewaan baginya, apatah lagi jika dalam hadis-hadis Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam egitu banyak menyebutkan manfaat di balik salat Dhuha ini, di antaranya:

Pertama, salat dhuha sebagai pengganti bagi sedekah persendian tubuh. Dalam kitab Shahih Muslim, dari Abu Dzar radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda (artinya), “Tatkala pagi, setiap persendian salah seorang di antara kamu memiliki sedekah, setiap ucapan tasbih (subhanallah) adalah sedekah, setiap ucapan tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, setiap ucapan tahlil (laa ilahaillallah) adalah sedekah, setiap ucapan takbir (Allahuakbar) adalah sedekah, memerintahkan kepada kebaikan adalah sedekah dan mencegah dari kemungkaran adalah sedekah, namun (pahala) semuanya cukup diraih dengan dua rakaat dari salat Dhuha.”3  

Kedua, dengannya Allah ‘azza wa jalla mencukupkan nikmat-Nya pada orang yang melaksanakannya hari itu. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

يقول الله عز وجل : يا ابن آدم لا تعجز من أربع ركعات في أول نهارك أكفك آخر

“Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Wahai anak Adam, janganlah engkau merasa lemah untuk melakukan empat rakaat (Dhuha) pada awal siang hari agar Aku mencukupkan (nikmat-Ku) padamu di akhir siang’.”4

Ketiga, keluar ke tempat salat untuk salat dhuha, pahalanya menyamai pahala umrah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لاَ يُنْصِبُهُ إِلاَّ إِيَّاهُ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ

“Barangsiapa yang keluar (ke tempat salat) untuk salat Dhuha, dan tidak ada yang mengeluarkannya kecuuali untuk itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang melaksanakan umrah.”5

Keempat, dua rakaat di awal waktu Dhuha seusai duduk berzikir dari salat Subuh, menyamai pahala haji dan umrah. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

 مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ 

“Barangsiapa yang melakukan salat Subuh secara berjemaah lalu duduk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian salat dua rakaat maka ia mendapatkan pahala seperti pahal haji dan umrah.”

Anas radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallambersabda, ‘Sempurna, sempurna, dan sempurna’.”6

Salat ini sering dikenal “Salat Isyraq”. Namun ia tetap merupakan salat Dhuha yang dilakukan di awal waktu Dhuha, seusai duduk berzikir dari waktu Subuh. Barangsiapa yang melakukannya, ia akan mendapatkan keutamaan ini, Insya Allah.

Inilah sebagian fadilah dan keistimewaan yang dikhususkan oleh Allah ‘azza wa jalla atas hamba-hamba-Nya yang menjaga salat Dhuha sebagai penyejuk hati dan penenang pikiran dan jasadnya di waktu siang.

Bergegaslah -wahai saudaraku- untuk meraihnya dengan hanya meluangkan beberapa menit untuk bermunajat dengan Rabb-mu dalam indahnya salat Dhuha. Apalagi di antara kemurahan-Nya, Dia menyariatkannya dalam tenggang waktu yang panjang, dari meningginya mentari setinggi mata tombak (sekitar 15 menit dari terbitnya matahari) sampai tengah hari, saat mentari tepat berada di atas kepala (waktu zawal atau sekitar 15 menit sebelum waktu Zuhur). Di antara dua waktu inilah yang dikenal sebagai waktu Dhuha. Dibolehkan untuk melakukan salat Dhuha di permulaan pagi, mengawali aktifitas harian, atau di sela-sela aktifitas maupun tatkala mentari memanas sebelum waktu zawal (tengah hari). Waktu terakhir inilah yang paling afdal, sebagaimana dalam hadits,  

صلاة الأوابين حين ترمض الفصال

“Salatnya orang-orang yang senantiasa kembali (bertobat) kepada Allah adalah tatkala mentari memanas.”7

Adapun jumlah rakaatnya, sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama adalah minimal dua rakaat, berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu yang telah disebutkan. Adapun jumlah rakaat maksimalnya adalah tanpa ada batasan berdasarkan amalan  Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang dikisahkan oleh Aisyah radhiyallahu ’anha dalam kitab Shahih Muslim (719), “Adalah Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam melakukan salat Dhuha empat rakaat, dan menambahnya sesuai yang dikehendaki Allah (semampunya).“

Demikian, semoga bermanfaat. Wa shallallahu ‘ala Muhammad wa ’ala ali Muhammad.

Artikel SUNAH DUHA, WASIAT PENUH HIKMAH pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
https://markazsunnah.com/sunah-duha-wasiat-penuh-hikmah/feed/ 0
PERKATAAN YANG SERING DIANGGAP HADIS https://markazsunnah.com/perkataan-yang-sering-dianggap-hadis/ https://markazsunnah.com/perkataan-yang-sering-dianggap-hadis/#respond Sun, 16 Apr 2023 20:04:00 +0000 Tulisan ini berasal dari beberapa catatan pribadi saat membaca kitab Al-Jadd al-Hatsis fi Bayan Maa Laisa bi Hadits karya ulama hadis abad ke-12 H, Syekh Ahmad bin Abdul Karim al-‘Amiri al-Ghazzi rahimahullah (wafat 1143 H). Kitab tersebut mencakup banyak perkataan yang sering dianggap oleh sebagian umat Islam sebagai hadis, di antaranya adalah sebagai berikut: Pertama, […]

Artikel PERKATAAN YANG SERING DIANGGAP HADIS pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
Tulisan ini berasal dari beberapa catatan pribadi saat membaca kitab Al-Jadd al-Hatsis fi Bayan Maa Laisa bi Hadits karya ulama hadis abad ke-12 H, Syekh Ahmad bin Abdul Karim al-‘Amiri al-Ghazzi rahimahullah (wafat 1143 H). Kitab tersebut mencakup banyak perkataan yang sering dianggap oleh sebagian umat Islam sebagai hadis, di antaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, perkataan:

إِنَّ اللهَ يَدْعُو النَّاسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَاءِ أُمَّهَاتِهِمْ سِتْرًا مِنْهُ عَلَى عِبَادِه

“Sesungguhnya Allah menyeru manusia pada hari kiamat dengan nama ibu mereka demi menyembunyikan aib para hamba-Nya.”

Perkataan ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, akan tetapi sanadnya lemah sekali. Imam Ibnu al-Jauzi berkata, “Hadis ini palsu.” Perkataan ini juga menyelisihi hadis Abu ad-Darda’ radhiyallahu anhu,

إِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِكُمْ وَأَسْمَاءِ آبَائِكُمْ فَأَحْسِنُوا أَسْمَاءَكُم

“Sesungguhnya kalian pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama-nama kalian, dan nama ayah kalian, maka perindahlah nama kalian.”

Keterangan: Perkataan ini terdapat pada halaman ke-20, hadis no. 52.

Kedua, perkataan:

إن الميت يرى النار في بيته سبعة أيام

“Sesungguhnya mayit bisa melihat api di rumahnya selama tujuh hari (dari hari wafatnya).”

Imam Ahmad saat ditanya tentang perkataan ini, beliau menjawab, “Hadis ini batil, tidak punya sumber (palsu), dan ini adalah suatu keyakinan bidah.”

Keterangan: Perkataan ini terdapat pada halaman ke-23, hadis no. 66.

Ketiga, perkataan:

تحية البيت الطواف

“Tahiyat (penghormatan) untuk Kabah (ketika masuk Masjidil Haram) adalah Tawaf “.

Ini bukan hadis namun maknanya sahih sebagaimana dalam hadis sahih dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أول شيء بدأ به النبي صلى الله عليه وسلم حين دخل مكة أنه توضأ ثم طاف

“Perkara pertama yang dilakukan oleh Nabi shallallahu’alaihi wasallam ketika masuk Mekah (Masjidil Haram) adalah beliau berwudhu lalu tawaf.”

Keterangan: Perkataan ini terdapat pada halaman ke-28, hadis no. 87.

Keempat, perkataan:

حب الوطن من الإيمان 

“Cinta tanah air adalah bagian dari iman”

Perkataan ini bukan hadis.

Keterangan: Perkataan ini terdapat pada halaman ke-32, hadis no. 111.

Kelima, perkataan:

خير الأمور أوساطها

“Sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan.”

Ini bukan hadis melainkan ucapan Mutharrif bin Abdullah dan Yazid bin Murrah al-Ju’fi. Perkataan ini juga diriwayatkan dari Abu Qilabah dan Ali radhiyallahu ‘anhu.

Keterangan: Perkataan ini terdapat pada halaman ke-37, hadis no. 136.

Keenam, tambahan lafaz ad-darajah ar-rafi’ah dalam doa setelah azan. As-Sakhawi rahimahullah berkata, “Saya tidak mendapatkannya (tambahan lafaz ini) dalam riwayat-riwayat hadis. Adapun hadisnya (doa setelah azan) adalah riwayat dari Jabir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang ketika selesai mendengar azan membaca,

اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ ، آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ ، وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِى وَعَدْتَهُ

niscaya dia berhak mendapatkan syafaatku.”

Keterangan: Perkataan ini terdapat pada halaman ke-39, hadis no.144.

Ketujuh, perkataan

رحم الله من عمل عملا وأتقنه

“Semoga Allah merahmati orang yang beramal dan menekuninya dengan profesional.”

Lafaz yang seperti ini tidak diketahui (dalam hadis). Yang ada di dalam hadis adalah lafaz:

إِنَّ اللهَ جَلَّ وَعَزَّ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ 

“Sesungguhnya Allah cinta jika salah seorang diantaramu melakukan suatu amalan, dia benar-benar menekuninya dengan profesional.”

Keterangan: Perkataan ini terdapat pada halaman ke-42, hadis no. 159.

Kedelapan, hadis, “Keutamaan bulan Rajab atas semua bulan adalah sebagaimana keutamaan al-Qur’an atas semua perkataan, dan keutamaan bulan Syaban atas semua bulan adalah seperti keutamaanku atas semua nabi, dan keutamaan Ramadan atas semua bulan adalah sebagaimana keutamaan Allah atas para hamba-Nya.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Hadis ini palsu.”

Keterangan: Perkataan ini terdapat pada halaman ke-65, hadis no. 258.

Kesembilan, perkataan:

كنت نبيا وآدم بين الماء والطين

“Waktu aku telah menjadi nabi, Adam masih berbentuk antara air dan tanah.”

Hadis ini tidak diketahui memiliki lafaz seperti ini, namun dengan lafadz lain, di antaranya dalam riwayat Umar radhiyallahu ‘anhu. Hadis yang seperti ini sangat popular di kalangan kaum sufi. Dengan hadis ini dasar-dasar kesufian mereka terbangun, diantaranya bahwa asal semua makhluk adalah dari nur Nabi Muhammad, bolehnya bertawasul dengan hak dan jah (kehormatan) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Akan tetapi, hadis ini diingkari (dianggap palsu) oleh Ibnu Taimiyah, az-Zarkasyi, Ibnu Hajar, as-Suyuthi, dan selain mereka.

Keterangan: Perkataan ini terdapat pada halaman ke-72, hadis no. 301.

Kesepuluh, hadis, “Tidak ada seorang nabi pun kecuali diangkat setelah berumur 40 tahun.”

Imam Ibnu al-Jauzi rahimahullah berkata, “Hadis ini palsu.”

Keterangan: Perkataan ini terdapat pada halaman ke-82, hadis no. 365.

Kesebelasa, perkataan:

المغتاب والمستمع شريكان في الإثم

“Orang yang menggunjing dan yang mendengarkannya sama-sama mendapatkan dosa.”

Ungkapan ini tidak diketahui sebagai hadis walaupun al-Ghazali menukilnya dalam Kitab Ihya ‘Ulumiddin sebagai hadis. Adapun maknanya telah ada dalam hadis bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang untuk menggunjing dan mendengarkannya.

Keterangan: Perkataan ini terdapat pada halaman ke-85, hadis no.389.

Keduabelas, perkataan:

 من اكتحل يوم عاشوراء لم ترمد عيناه أبدا

“Siapa yang memakai celak pada hari Asyura, dia tidak akan pernah sakit mata selamanya.”

Telah diriwayatkan satu hadis yang semakna dengan ini, namun al-Hakim rahimahullah berkata, “Hadisnya mungkar.” Ibnu al-Jauzi dan as-Sakhawi juga berkata, “Hadis ini maudhu’ (palsu).” Bahkan al-Hakim menambahkan, “Memakai celak pada hari Asyura secara khusus tidak ada sumbernya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini adalah bidah yang dibuat-buat oleh para pembunuh Husein.”

Keterangan: Perkataan ini terdapat pada halaman ke-87, hadis no. 402.

Ketigabelas, perkataan:

من زارني وزار أبي إبراهيم في عام واحد دخل الجنة 

“siapa yang menziarahi kuburku dan kubur bapakku Ibrahim dalam satu tahun, dia akan masuk surga.”

Ibnu Taimiyah dan an-Nawawi rahimahumallah berkata, “Hadis ini palsu dan tidak punya sumber.”

Keterangan: Perkataan ini terdapat pada halaman ke-91, hadis no. 429.

Keempatbelas, perkataan:

 من عرف نفسه فقد عرف ربه 

“Siapa yang mengenal dirinya, maka dia telah mengenal Tuhannya.”

Ibnu as-Sam’ani rahimahullah berkata, “Hadis ini tidak diketahui secara marfu’ (dari ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) namun dikisahkan dari ucapan Yahya bin Mu’adz ar-Razi.” Imam an-Nawawai berkata. “Hadis ini tidak tasbit/sahih (dari Rasulullah).

Keterangan: Perkataan ini terdapat pada halaman ke-92, hadis no. 436.

Kelimabelas, perkataan:

 من كثرت صلاته بالليل حسن وجهه بالنهار 

“Barangsiapa yang banyak salat malam maka wajahnya akan indah pada siang harinya.”

Yang benar, ini bukanlah hadis namun dari ucapan Syarik rahimahullah.

Keterangan: Perkataan ini terdapat pada halaman ke-93, hadis no. 445.

Keenambelas, perkataan:

لا يدخل الجنة ولد زانية 

“Tidak masuk surga anak hasil zina.”

Ibnu Thahir dan Ibnu al-Jauzi rahimahumallah berkata, “Hadis ini palsu.

Keterangan: Perkataan ini terdapat pada halaman ke-106, hadis no. 522.

Artikel PERKATAAN YANG SERING DIANGGAP HADIS pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
https://markazsunnah.com/perkataan-yang-sering-dianggap-hadis/feed/ 0
HADIS 5 | SURGA BERADA DI BAWAH KILATAN PEDANG | HADIS YANG SERING DISALAHPAHAMI https://markazsunnah.com/hadis-5-surga-berada-di-bawah-kilatan-pedang-hadis-yang-sering-disalahpahami/ https://markazsunnah.com/hadis-5-surga-berada-di-bawah-kilatan-pedang-hadis-yang-sering-disalahpahami/#respond Sat, 19 Nov 2022 13:32:43 +0000 http://markazsunnah.com/?p=4846 Artikel HADIS 5 | SURGA BERADA DI BAWAH KILATAN PEDANG | HADIS YANG SERING DISALAHPAHAMI pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
Artikel HADIS 5 | SURGA BERADA DI BAWAH KILATAN PEDANG | HADIS YANG SERING DISALAHPAHAMI pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
https://markazsunnah.com/hadis-5-surga-berada-di-bawah-kilatan-pedang-hadis-yang-sering-disalahpahami/feed/ 0
HADIS 4 | SUNNAHNYA IMAM MERINGANKAN SHALAT | HADIS YANG SERING DISALAHPAHAMI https://markazsunnah.com/hadis-4-sunnahnya-imam-meringankan-shalat-hadis-yang-sering-disalahpahami/ https://markazsunnah.com/hadis-4-sunnahnya-imam-meringankan-shalat-hadis-yang-sering-disalahpahami/#respond Sat, 19 Nov 2022 13:32:33 +0000 http://markazsunnah.com/?p=4845 Artikel HADIS 4 | SUNNAHNYA IMAM MERINGANKAN SHALAT | HADIS YANG SERING DISALAHPAHAMI pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
Artikel HADIS 4 | SUNNAHNYA IMAM MERINGANKAN SHALAT | HADIS YANG SERING DISALAHPAHAMI pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
https://markazsunnah.com/hadis-4-sunnahnya-imam-meringankan-shalat-hadis-yang-sering-disalahpahami/feed/ 0
HADIS 3 | UCAPAN TASBIH KHUSUS LAKI-LAKI DAN TEPUK TANGAN PEREMPUAN | HADIS YANG SERING DISALAHPAHAMI https://markazsunnah.com/hadis-3-ucapan-tasbih-khusus-laki-laki-dan-tepuk-tangan-perempuan-hadis-yang-sering-disalahpahami/ https://markazsunnah.com/hadis-3-ucapan-tasbih-khusus-laki-laki-dan-tepuk-tangan-perempuan-hadis-yang-sering-disalahpahami/#respond Sat, 19 Nov 2022 13:31:35 +0000 http://markazsunnah.com/?p=4844 Artikel HADIS 3 | UCAPAN TASBIH KHUSUS LAKI-LAKI DAN TEPUK TANGAN PEREMPUAN | HADIS YANG SERING DISALAHPAHAMI pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
Artikel HADIS 3 | UCAPAN TASBIH KHUSUS LAKI-LAKI DAN TEPUK TANGAN PEREMPUAN | HADIS YANG SERING DISALAHPAHAMI pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
https://markazsunnah.com/hadis-3-ucapan-tasbih-khusus-laki-laki-dan-tepuk-tangan-perempuan-hadis-yang-sering-disalahpahami/feed/ 0
HADIS 2 | MELIHAT NABI PADA SAAT SADAR | HADIS YANG SERING DISALAHPAHAMI https://markazsunnah.com/hadis-2-melihat-nabi-pada-saat-sadar-hadis-yang-sering-disalahpahami/ https://markazsunnah.com/hadis-2-melihat-nabi-pada-saat-sadar-hadis-yang-sering-disalahpahami/#respond Sat, 19 Nov 2022 13:20:25 +0000 http://markazsunnah.com/?p=4841 Artikel HADIS 2 | MELIHAT NABI PADA SAAT SADAR | HADIS YANG SERING DISALAHPAHAMI pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
Artikel HADIS 2 | MELIHAT NABI PADA SAAT SADAR | HADIS YANG SERING DISALAHPAHAMI pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
https://markazsunnah.com/hadis-2-melihat-nabi-pada-saat-sadar-hadis-yang-sering-disalahpahami/feed/ 0
HADIS 1 | WANITA KURANG AKAL DAN AGAMANYA | HADIS YANG SERING DISALAHPAHAMI https://markazsunnah.com/hadis-1-wanita-kurang-akal-dan-agamanya-hadis-yang-sering-disalahpahami/ https://markazsunnah.com/hadis-1-wanita-kurang-akal-dan-agamanya-hadis-yang-sering-disalahpahami/#respond Sat, 19 Nov 2022 13:19:24 +0000 http://markazsunnah.com/?p=4839 Artikel HADIS 1 | WANITA KURANG AKAL DAN AGAMANYA | HADIS YANG SERING DISALAHPAHAMI pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
Artikel HADIS 1 | WANITA KURANG AKAL DAN AGAMANYA | HADIS YANG SERING DISALAHPAHAMI pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
https://markazsunnah.com/hadis-1-wanita-kurang-akal-dan-agamanya-hadis-yang-sering-disalahpahami/feed/ 0
SEHAT ALA RASULULLAH | MENGENAL RASULULLAH ﷺ https://markazsunnah.com/sehat-ala-rasulullah-mengenal-rasulullah-%ef%b7%ba/ https://markazsunnah.com/sehat-ala-rasulullah-mengenal-rasulullah-%ef%b7%ba/#respond Sat, 19 Nov 2022 13:15:05 +0000 http://markazsunnah.com/?p=4833 Artikel SEHAT ALA RASULULLAH | MENGENAL RASULULLAH ﷺ pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
Artikel SEHAT ALA RASULULLAH | MENGENAL RASULULLAH ﷺ pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
https://markazsunnah.com/sehat-ala-rasulullah-mengenal-rasulullah-%ef%b7%ba/feed/ 0
CATATAN TAMBAHAN TERKAIT HADIS HASAN https://markazsunnah.com/catatan-tambahan-terkait-hadis-hasan/ https://markazsunnah.com/catatan-tambahan-terkait-hadis-hasan/#respond Sat, 27 Feb 2021 08:13:00 +0000 http://markazsunnah.com/?p=2230 Perawi Hadis Hasan Secara umum, Hadis Hasan itu perawinya bergelar shaduq, atau yang selevel dengannya, seperti laa ba’sa bihi, atau laisa bihi ba’s, atau yang semisalnya; baik perawi-perawi dalam satu sanad itu shaduq semuanya maupun yang memiliki level shaduq cuma satu dan lainnya tsiqah. Kesimpulannya, ketika dalam satu sanad ada perawi yang shaduq, atau yang […]

Artikel CATATAN TAMBAHAN TERKAIT HADIS HASAN pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
  • Perawi Hadis Hasan

  • Secara umum, Hadis Hasan itu perawinya bergelar shaduq, atau yang selevel dengannya, seperti laa ba’sa bihi, atau laisa bihi ba’s, atau yang semisalnya; baik perawi-perawi dalam satu sanad itu shaduq semuanya maupun yang memiliki level shaduq cuma satu dan lainnya tsiqah.

    Kesimpulannya, ketika dalam satu sanad ada perawi yang shaduq, atau yang selevel dengannya, maka hadis itu langsung dinilai hasan meskipun perawi-perawi selainnya tsiqah. Tentunya, asalkan di antara perawi-perawinya tidak ada yang dha’if, karena keberadaan perawi dha’if meskipun satu akan membuat hadis itu dinilai sebagai hadis dha’if.

    Misalnya hadis,

     كُلْ, وَاشْرَبْ, وَالْبَسْ, وَتَصَدَّقْ فِي غَيْرِ سَرَفٍ, وَلَا مَخِيلَةٍ

    “Makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah tanpa ada pemborosan dan sikap sombong.”

    Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Tirmidziy dan selain mereka dari jalur Hammam bin Yahya al-‘Audziy, dari Qatadah al-Sadusiy, dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, Syu’aib bin Muhammad, dari kakeknya, Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma, dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam.

    Hadis ini hasan karena meskipun Hammam dan Qatadah adalah tsiqah, tetapi ‘Amr bin Syu’aib dan ayahnya, Syu’aib bin Muhammad, adalah shaduq.

    • Kehujahan Hadis Hasan

    Dari segi kehujahan, hadis hasan sebenarnya sama dengan Hadis Sahih. Ia adalah hujah dan bisa dijadikan dalil, meskipun Hadis Sahih tentunya lebih kuat dan lebih selamat dari segi kesalahan lafalnya. Ada segelintir ulama hadis yang tidak menerima Hadis Hasan ini, namun itu bukan pendapat yang muktamad, karena Ahli Hadis telah berijmak akan kehujahannya.

    Al-Hafizh al-‘Iraqiy rahimahullah berkata tentang ini,

    وَهُوَ بِأَقْسَامِ الصَّحِيْحِ مُلْحَقُ … حُجِّيَّةً وَإِنْ يَكُنْ لَا يَلْحَقُ

    “Ia (Hadis Hasan) disamakan dengan jenis Hadis Sahih dari segi kehujahannya (pengambilannya sebagai dalil)… meskipun -secara derajat kekuatan hadis- Hadis Hasan tidak menyamai Hadis Sahih.”

    • Mayoritas Dalil dari Hadis Hasan

    Kebanyakan hadis yang menjadi hujah atau dalil saat ini di semua bidang ilmu adalah Hadis Hasan, baik Hasan li Dzatihi atau Hasan li Gairihi. Imam al-Bagawiy rahimahullah berkata, “Kebanyakan hukum-hukum itu ditetapkan dengan hadis dengan nilai hasan.” (Al-Mashabih: 1/2). Al-Khaththabiy juga berkata, “Hadis hasan ini merupakan pusat kebanyakan hadis.” (Al-Ma’alim: 1/11)

    • Di Antara Buku Hadis yang Banyak Memuat Hadis Hasan

    Di antara kitab-kitab hadis yang di dalamnya bertebaran hadis-hadis dengan derajat hasan adalah Jami’ al-Tirmidziy, Sunan Abi Daud, Musnad Ahmad, Sunan al-Darimiy, dan kitab-kitab hadis lainnya. Jami’ al-Tirmidziy adalah buku yang paling banyak memuat hadis hasan, apalagi Imam al-Tirmidziy memang banyak menilai hadis di dalamnya dengan derajat “hasan”.

    Artikel CATATAN TAMBAHAN TERKAIT HADIS HASAN pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

    ]]>
    https://markazsunnah.com/catatan-tambahan-terkait-hadis-hasan/feed/ 0
    HUKUM BERAMAL DENGAN HADIS DAIF (LEMAH) https://markazsunnah.com/hukum-beramal-dengan-hadis-daif-lemah/ https://markazsunnah.com/hukum-beramal-dengan-hadis-daif-lemah/#respond Fri, 29 Jan 2021 23:51:57 +0000 http://markazsunnah.com/?p=2056 HUKUM BERAMAL DENGAN HADIS DAIF (LEMAH)[1] Syekh DR. Abdulkarim al-Khudhair –hafizhahullahu– Alih bahasa : Maulana La Eda, Lc., M.A. Syekh al-Muhaddits al–Faqih Dr. Abdulkarim bin Abdullah al-Khudhair –hafizahullahu ta’ala- (Anggota Haiah Kibar Ulama dan Komite Tetap untuk Riset dan Fatwa KSA periode 1434-1441 H) ditanya: “Apa hukum berdalil dan beramal dengan hadis daif?” Beliau menjawab […]

    Artikel HUKUM BERAMAL DENGAN HADIS DAIF (LEMAH) pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

    ]]>
    HUKUM BERAMAL DENGAN HADIS DAIF (LEMAH)[1]

    Syekh DR. Abdulkarim al-Khudhair hafizhahullahu

    Alih bahasa : Maulana La Eda, Lc., M.A.

    Syekh al-Muhaddits alFaqih Dr. Abdulkarim bin Abdullah al-Khudhair –hafizahullahu taala- (Anggota Haiah Kibar Ulama dan Komite Tetap untuk Riset dan Fatwa KSA periode 1434-1441 H) ditanya:

    “Apa hukum berdalil dan beramal dengan hadis daif?”

    Beliau menjawab

    Segala puji hanya bagi Allah Azza wajalla. Adapun hukum beramal dengan hadis daif maka perlu perincian sebagai berikut :

    1. Beramal dengan hadis daif dalam masalah akidah hukumnya tidak boleh berdasarkan ijmak (kesepakatan ulama Islam).
    2. Beramal dengan hadis daif dalam masalah hukum-hukum fikih, jumhur ulama berpendapat tidak membolehkannya.
    3. Beramal dengannya dalam masalah fadhail (keutamaan amal), tafsir, dan sirah Nabi, jumhur ulama berpendapat bolehnya berdalil dengan hadits daif pada masalah-masalah ini dengan beberapa syarat dan batasan :

    – Sisi daif (cacat), hadisnya tidak terlalu lemah.

    – Hadis daif tersebut memiliki dasar hukum dalam syariat.

    – Ketika beramal dengannya, tidak boleh meyakini bahwa hadis itu berasal dari Nabi shallallahu  alaihi wasallam akan tetapi dia hendaknya mengamalkannya hanya sebagai sikap kehati-hatian.

    Imam Nawawi dan Mula ‘Ali Qori –rahimahumallah– telah menukilkan tentang ijmaknya para ulama atas bolehnya beramal dengan hadis daif dalam fadhailamal, akan tetapi ini tidak benar karena sebagian para ulama menyelisihi hal tersebut, di antara mereka adalah Abu Hatim, Abu Zur’ah, Ibnu al-Arabi, al-Syaukani, dan al-Albani –rahimahumullah– dan pendapat inilah (tidak bolehnya beramal dengan hadis daif dalam fadhail amal) yang tersirat dari ucapan Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim –rahimahumallah– serta pendapat ini juga telah diisyaratkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim –rahimahumallah-. Oleh karena itu berdasarkan pendapat ini maka tidak boleh beramal dengan hadis daif dalam semua permasalahan agama tanpa terkecuali, dan boleh disebutkan namun hanya sebagai pelajaran. Ibnul Qayyim juga mengisyaratkan bahwa hadis daif mungkin bisa dijadikan sebagai dalil untuk menguatkan salah satu dari dua pendapat yang sama-sama kuat. Namun pendapat yang benar adalah bahwa hadis daif tidak boleh diamalkan/dijadikan dalil selama tidak adanya keyakinan akan adanya hadis lain yang menguatkannya sehingga dapat mencapai derajat hadis hasan li ghairihi. Wabillahi al-Taufiq.

    [1] Sumber: www.almoslim.net/node/51854

    Artikel HUKUM BERAMAL DENGAN HADIS DAIF (LEMAH) pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

    ]]>
    https://markazsunnah.com/hukum-beramal-dengan-hadis-daif-lemah/feed/ 0