40 HADIS PENDIDIKAN ANAK Arsip - MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH Mon, 18 Nov 2024 02:51:29 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 HADIS KE-40: MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN POTENSI ANAK DIDIK SERTA MENGARAHKANNYA https://markazsunnah.com/hadis-ke-40-mengembangkan-kemampuan-dan-potensi-anak-didik-serta-mengarahkannya/ https://markazsunnah.com/hadis-ke-40-mengembangkan-kemampuan-dan-potensi-anak-didik-serta-mengarahkannya/#respond Mon, 18 Nov 2024 02:51:29 +0000 https://markazsunnah.com/?p=7469 40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1] عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قاَلَ: أَمَرَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَعَلَّمْتُ لَهُ كِتَابَ يَهُودَ، وَقَالَ: «إِنِّي وَاللهِ مَا آمَنُ يَهُودَ عَلَى كِتَابِي». فَتَعَلَّمْتُهُ، فَلَمْ يَمُرَّ بِي إِلَّا نِصْفُ شَهْرٍ حَتَّى حَذَقْتُهُ، فَكُنْتُ أَكْتُبُ لَهُ إِذَا كَتَبَ، وَأَقْرَأُ لَهُ إِذَا كُتِبَ إِلَيْهِ. Artinya: Dari Zaid bin Ṡābit […]

Artikel HADIS KE-40: MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN POTENSI ANAK DIDIK SERTA MENGARAHKANNYA pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1]

عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قاَلَ: أَمَرَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَعَلَّمْتُ لَهُ كِتَابَ يَهُودَ، وَقَالَ: «إِنِّي وَاللهِ مَا آمَنُ يَهُودَ عَلَى كِتَابِي». فَتَعَلَّمْتُهُ، فَلَمْ يَمُرَّ بِي إِلَّا نِصْفُ شَهْرٍ حَتَّى حَذَقْتُهُ، فَكُنْتُ أَكْتُبُ لَهُ إِذَا كَتَبَ، وَأَقْرَأُ لَهُ إِذَا كُتِبَ إِلَيْهِ.

Artinya:

Dari Zaid bin Ṡābit raḍiyallahu’anhu beliau berkata, “Rasulullah ﷺ memerintahkanku untuk mempelajari tulisan Yahudi. Beliau bersabda, ‘Demi Allah, aku tidak merasa aman terhadap Yahudi jika menjadi juru tulisku.’ Maka aku pun mempelajarinya, dan tidak berlalu setengah bulan hingga aku telah menguasainya dengan baik. Aku pun menulis untuk beliau ketika beliau membutuhkan, dan membacakan untuk beliau jika ada surat yang ditujukan kepadanya.”

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Abu Dawūd dalam al-Sunan dalam Awwal Kitāb al-‘Ilm Bab Meriwayatakan Perkataan Ahli Kitab nomor 3645 -Ini adalah lafaz Abu Dawūd- dan diriwayatkan oleh al-Tirmiżi dalam al-Sunan Bab Tentang Mempelajari Bahasa Suryaniyah nomor 2715. Al-Tirmiżi berkata, “Ini adalah hadis yang hasan sahih.” Disahihkan oleh al-Ḥākim dan al-Albāni. Isnadnya sahih.

Kosa kata Hadis

حَذِفْتُهُ: أَتْقَنْتُهُ artinya menguasainya dengan baik.

Pelajaran

  1. Salah satu kecerdasan seorang murabbi (pendidik) adalah mengembangkan potensi dan kemampuan mutarabbi (anak didiknya).
  2. Menjadikan anak didik sebagai asas pembelajaran adalah metode terbaik dalam belajar, yang sekarang dikenal dengan konsep “pembelajaran aktif.”
  3. Pendidik hendaknya mampu mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengasah kemampuan peserta didik.
  4. Pendidik perlu mengarahkan kemampuan anak didiknya pada hal-hal yang memberikan manfaat bagi masyarakat dan umat secara keseluruhan.
  5. Jika potensi peserta didik tidak dimanfaatkan dan diasah, maka potensi tersebut akan terkubur dan mati, atau akan diarahkan kepada keburukan.
  6. Semakin dini pendidik menemukan keunggulan anak didiknya, semakin besar pula manfaat yang dapat diambil darinya.
  7. Pemanfaatan dan pengarahan potensi anak didik akan memberinya rasa percaya diri, membentuk kepribadiannya, dan menjadikannya elemen yang baik dalam masyarakatnya.
  8. Diriwayatkan bahwa Umar berkata,

لَا تَعَلَّمُوا رِطَانَةَ الْأَعَاجِمِ

Artinya: “Janganlah kalian mempelajari bahasa asing.”

Aṡar ini diriwayatkan oleh Abd al-Razzāq, Ibn Abi Syaibah, dan al-Baihaqi.

Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim menilai hadis ini sahih, mungkin dengan berbagai jalur dan saksinya, akan tetapi sanad atsar ini terputus antara ‘Aṭā’ bin Dīnār dan Umar. Andaipun atsar ini sahih maka larangan mempelajari bahasa asing ini diartikan sebagai larangan jika tidak ada kebutuhan. Ibn Taimiyah mengatakan, “Membiasakan berbicara dengan selain Bahasa Arab adalah makruh.”

Makna رِطَانَةَ الأَعَاجِمِ adalah berbicara dengan bahasa non-Arab.

  1. Jika seseorang berbicara dengan kata-kata non-Arab hanya sesekali atau jarang, atau menggunakannya untuk menyenangkan orang yang paham bahasa tersebut di beberapa kesempatan, atau untuk menjelaskan sesuatu kepada yang tidak menguasai bahasa Arab, maka tidak mengapa dan tidak ada larangan.
  2. Waspadalah terhadap tipu daya Yahudi, Nasrani, dan musuh-musuh agama.

– selesai –

Selawat dan salam dari Allah atas nabi kita Muhammad, keluarga, dan para sahabat.


Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab al-Arba’ūn al-Jiyād fi Tarbiyah al-Aulād (Empat Puluh Hadis Pendidikan Anak) karya Syekh Abd al-Azīz bin Muḥammad al-Ḥuwaiṭān hafiẓahullāh.

Artikel HADIS KE-40: MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN POTENSI ANAK DIDIK SERTA MENGARAHKANNYA pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
https://markazsunnah.com/hadis-ke-40-mengembangkan-kemampuan-dan-potensi-anak-didik-serta-mengarahkannya/feed/ 0
HADIS KE-39: PENDIDIKAN MELALUI PENDEKATAN PERSUASIF DAN DIALOGIS SERTA PENANGANAN KESALAHAN DENGAN BIJAKSANA https://markazsunnah.com/hadis-ke-39-pendidikan-melalui-pendekatan-persuasif-dan-dialogis-serta-penanganan-kesalahan-dengan-bijaksana/ https://markazsunnah.com/hadis-ke-39-pendidikan-melalui-pendekatan-persuasif-dan-dialogis-serta-penanganan-kesalahan-dengan-bijaksana/#respond Mon, 04 Nov 2024 04:08:33 +0000 https://markazsunnah.com/?p=7444 40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1] عَنْ أبي أماماة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ إِنَّ فَتًى شَابًّا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ائْذَنْ لِي بِالزِّنَا، فَأَقْبَلَ الْقَوْمُ عَلَيْهِ، فَزَجَرُوهُ، وَقَالُوا, ‌مَهْ ‌مَهْ، فَقَالَ:  ادْنُهْ  فَدَنَا مِنْهُ قَرِيبًا، قَالَ: فَجَلَسَ، قَالَ:  ‌أَتُحِبُّهُ ‌لِأُمِّكَ؟  قَالَ: لَا وَاللَّهِ، جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ. قَالَ:  وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأُمَّهَاتِهِمْ  […]

Artikel HADIS KE-39: PENDIDIKAN MELALUI PENDEKATAN PERSUASIF DAN DIALOGIS SERTA PENANGANAN KESALAHAN DENGAN BIJAKSANA pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1]

عَنْ أبي أماماة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ إِنَّ فَتًى شَابًّا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ائْذَنْ لِي بِالزِّنَا، فَأَقْبَلَ الْقَوْمُ عَلَيْهِ، فَزَجَرُوهُ، وَقَالُوا, ‌مَهْ ‌مَهْ، فَقَالَ:  ادْنُهْ  فَدَنَا مِنْهُ قَرِيبًا، قَالَ: فَجَلَسَ، قَالَ:  ‌أَتُحِبُّهُ ‌لِأُمِّكَ؟  قَالَ: لَا وَاللَّهِ، جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ. قَالَ:  وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأُمَّهَاتِهِمْ  قَالَ:  أَفَتُحِبُّهُ لِابْنَتِكَ؟  قَالَ: لَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ. قَالَ:  وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِبَنَاتِهِمْ  قَالَ:  أَفَتُحِبُّهُ لِأُخْتِكَ؟  قَالَ: لَا وَاللَّهِ، جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ. قَالَ:  وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأَخَوَاتِهِمْ  قَالَ:  أَفَتُحِبُّهُ لِعَمَّتِكَ؟  قَالَ: لَا وَاللَّهِ، جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ. قَالَ:  وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِعَمَّاتِهِمْ  قَالَ:  أَفَتُحِبُّهُ لِخَالَتِكَ؟  قَالَ: لَا وَاللَّهِ، جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ. قَالَ:  وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِخَالَاتِهِمْ  قَالَ: فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهِ، وَقَالَ:  اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ، وَطَهِّرْ قَلْبَهُ، وَحَصِّنْ فَرْجَهُ  قَالَ: فَلَمْ يَكُنْ بَعْدَ ذَلِكَ الْفَتَى ‌يَلْتَفِتُ ‌إِلَى ‌شَيْءٍ.

Artinya,

Dari Abu Umamah raḍiyallahu’anhu beliau berkata, “Seorang pemuda datang kepada Nabi ﷺ dan berkata, Wahai Rasulullah, izinkanlah aku untuk berzina.’ Maka, orang-orang mendekat kepadanya dan menegur dengan keras, sambil berkata, ‌‘Diam! ‌Diam!’ Nabi ﷺ lalu bersabda, ‘Mendekatlah!’ Maka ia mendekat dan duduk. Nabi ﷺ bertanya, ‘‌Apakah kamu suka jika hal itu terjadi pada ibumu?’ Pemuda itu menjawab, ‘Tidak, demi Allah, semoga Allah menjadikanku tebusanmu.’ Nabi ﷺ bersabda, ‘Begitu juga orang lain tidak suka hal itu terjadi pada ibu mereka.’ Nabi ﷺ bertanya lagi, ‘Apakah kamu suka hal itu terjadi pada putrimu?’ Pemuda itu menjawab, ‘Tidak, demi Allah, wahai Rasulullah, semoga Allah menjadikanku tebusanmu.’ Nabi ﷺ bersabda, ‘Begitu juga orang lain tidak suka hal itu terjadi pada putri mereka.’ Nabi ﷺ bertanya lagi, ‘Apakah kamu suka hal itu terjadi pada saudara perempuanmu?’ Pemuda itu menjawab, ‘Tidak, demi Allah, semoga Allah menjadikanku tebusanmu.’ Nabi ﷺ bersabda, ‘Begitu juga orang lain tidak suka hal itu terjadi pada saudara perempuan mereka.’ Nabi ﷺ bertanya lagi, ‘Apakah kamu suka hal itu terjadi pada bibimu dari pihak ayah?’ Pemuda itu menjawab, ‘Tidak, demi Allah, semoga Allah menjadikanku tebusanmu.’ Nabi ﷺ bersabda, ‘Begitu juga orang lain tidak suka hal itu terjadi pada bibi mereka dari pihak ayah.’ Nabi ﷺ bertanya lagi, ‘Apakah kamu suka hal itu terjadi pada bibimu dari pihak ibu?’ Pemuda itu menjawab, ‘Tidak, demi Allah, semoga Allah menjadikanku tebusanmu.’ Nabi ﷺ bersabda, ‘Begitu juga orang lain tidak suka hal itu terjadi pada bibi mereka dari pihak ibu.’ Kemudian, Nabi ﷺ meletakkan tangannya di atas pemuda itu seraya berdoa, ‘Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.’ Setelah kejadian itu, pemuda tersebut tidak lagi menoleh kepada hal-hal yang buruk.”

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Aḥmad dalam al-Musnad nomor 22265 dan al-Ṭabarāni dalam al-Mu’jam al-Kabīr nomor 7679. Al-Haiṡami, “Rijal-nya adalah rijal al-Ṣaḥīḥ.” Al-‘Irāqi, “Isnadnya baik, rijal-nya rijal al-Ṣaḥīḥ.” Disahihkan al-Albāni dan isnadnya sahih.

Pelajaran

  1. Pendidikan melalui pendekatan persuasif dan dialogis adalah metode pendidikan yang efektif dan berpengaruh.
  2. Penting bagi pendidik untuk menyesuaikan diri dengan psikologi dan pemahaman peserta didik.
  3. Salah satu adab adalah peserta didik merespons pendidik dengan baik, dan harus dibiasakan hal itu.
  4. Dialog membantu memperkuat pemahaman dan penerapan informasi.
  5. Kesabaran dan keluasan hati seorang pendidik terhadap pertanyaan peserta didik adalah karakter yang harus selalu dimilikinya agar pendidikan berhasil.
  6. Sikap lemah lembut dan kasih sayang kepada peserta didik dalam proses pembelajaran adalah suatu keharusan.
  7. Pentingnya menyapa akal anak ketika ia mulai mampu memahami dan menyadari.
  8. Memperbaiki kesalahan peserta didik harus dilakukan dengan bijaksana dan tenang.
  9. Seorang pendidik harus membiasakan peserta didik untuk memberikan respons yang baik kepada orang lain.
  10. Tahapan dialog yang terstruktur dan komprehensif membantu dalam proses meyakinkan.
  11. Doa Nabi kepada seorang pemuda menunjukkan kasih sayang seorang pendidik kepada peserta didiknya dan keinginannya untuk kebaikan mereka.
  12. Ketenangan, kejelasan ucapan, dan kesabaran pendidik membantu peserta didik menerima, memahami, dan meyakini informasi.
  13. Salah satu kesalahan dalam pendidikan adalah meniadakan pemikiran peserta didik sepenuhnya dan memaksanya untuk menerima tanpa diskusi dalam hal-hal yang seharusnya bisa didiskusikan.
  14. Dialog mengembangkan keterampilan berpikir dan bahasa pada peserta didik, serta meningkatkan kecerdasannya.
  15. Pendidikan tentang prinsip menjaga kehormatan sangat penting, sebagaimana yang dikatakan Nabi ﷺ, “Apakah kamu suka jika itu terjadi pada ibumu?”
  16. Larangan zina, karena zina termasuk dosa besar.

Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab al-Arba’ūn al-Jiyād fi Tarbiyah al-Aulād (Empat Puluh Hadis Pendidikan Anak) karya Syekh Abd al-Azīz bin Muḥammad al-Ḥuwaiṭān hafiẓahullāh.

Artikel HADIS KE-39: PENDIDIKAN MELALUI PENDEKATAN PERSUASIF DAN DIALOGIS SERTA PENANGANAN KESALAHAN DENGAN BIJAKSANA pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
https://markazsunnah.com/hadis-ke-39-pendidikan-melalui-pendekatan-persuasif-dan-dialogis-serta-penanganan-kesalahan-dengan-bijaksana/feed/ 0
HADIS KE-38: MENDIDIK ANAK DENGAN PRAKTIK DAN PENERAPAN https://markazsunnah.com/hadis-ke-38-mendidik-anak-dengan-praktik-dan-penerapan/ https://markazsunnah.com/hadis-ke-38-mendidik-anak-dengan-praktik-dan-penerapan/#respond Thu, 24 Oct 2024 03:14:06 +0000 https://markazsunnah.com/?p=7428 40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1] عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: بَعَثَنِي الْعَبَّاسُ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ فِي بَيْتِ خَالَتِي مَيْمُونَةَ فَبِتُّ مَعَهُ تِلْكَ اللَّيْلَةَ، فَقَامَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ ‌فَتَنَاوَلَنِي مِنْ خَلْفِ ظَهْرِهِ فَجَعَلَنِي عَلَى يَمِينِهِ. Artinya: Ibn ‘Abbās radhiyallahu anhuma berkata, “’Abbās radhiyallahu anhu mengutusku kepada Nabi ﷺ […]

Artikel HADIS KE-38: MENDIDIK ANAK DENGAN PRAKTIK DAN PENERAPAN pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1]

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: بَعَثَنِي الْعَبَّاسُ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ فِي بَيْتِ خَالَتِي مَيْمُونَةَ فَبِتُّ مَعَهُ تِلْكَ اللَّيْلَةَ، فَقَامَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ ‌فَتَنَاوَلَنِي مِنْ خَلْفِ ظَهْرِهِ فَجَعَلَنِي عَلَى يَمِينِهِ.

Artinya:

Ibn ‘Abbās radhiyallahu anhuma berkata, “’Abbās radhiyallahu anhu mengutusku kepada Nabi ﷺ ketika beliau berada di rumah bibiku Maimunah radhiyallahu anha, maka aku bermalam bersamanya malam itu. Nabi ﷺ bangun untuk salat malam, lalu aku berdiri di sebelah kirinya. Beliau menarikku dari belakang punggungnya dan menjadikanku di sebelah kanannya.”

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhāri dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab al-‘Ilm, Bab Mengobrol pada Malam Hari tentang Ilmu nomor 117 dan Imam Muslim dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab Ṣalāh al-Musāfirin wa Qaṣriha, Bab Doa dalam Salat Malam dan Berdirinya nomor, 763.

Pelajaran

  1. Praktik pembiasaan dan penerapan adalah metode pendidikan yang efektif.
  2. Membiasakan anak untuk bertanggung jawab dengan mengutusnya dalam urusan yang penting.
  3. Mendorong anak yang cerdas untuk belajar.
  4. Memperlakukan anak yang sudah mumayiz dalam hal ibadah seperti orang dewasa, tanpa berdalih bahwa ia masih kecil.
  5. Memperbaiki kesalahan anak didik terkadang dilakukan dengan praktik dengan sikap lembut dan penuh kasih sayang.
  6. Seorang pendidik harus mengajarkan anak didiknya untuk bersegera dalam kebaikan, sebagaimana yang dilakukan Ibn ‘Abbās raḍiyallahu’anhuma ketika ia bangun untuk salat bersama Nabi ﷺ.
  7. Pembelajaran praktis bertahan jauh lebih lama dibandingkan dengan pembelajaran teoretis.
  8. Pendidikan melalui teladan adalah pilar utama dan salah satu fondasi penting dalam pendidikan.
  9. Ketika salat berjemaah hanya berdua, makmum berdiri di sebelah kanan imam.
  10. Hukum salat witir adalah sunah muakadah, ini adalah pendapat mayoritas ulama. Abu Hanifah berpendapat bahwa witir wajib, sedangkan Ahmad berkata, “Barang siapa meninggalkan witir dengan sengaja, maka dia adalah orang yang buruk, dan kesaksiannya tidak layak diterima.”

Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab al-Arba’ūn al-Jiyād fi Tarbiyah al-Aulād (Empat Puluh Hadis Pendidikan Anak) karya Syekh ‘Abd al-‘Azīz bin Muḥammad al-Ḥuwaiṭān hafiẓahullāh.

Artikel HADIS KE-38: MENDIDIK ANAK DENGAN PRAKTIK DAN PENERAPAN pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
https://markazsunnah.com/hadis-ke-38-mendidik-anak-dengan-praktik-dan-penerapan/feed/ 0
HADIS KE-37: MENAHAN PUJIAN KETIKA DIPERLUKAN https://markazsunnah.com/hadis-ke-37-menahan-pujian-ketika-diperlukan/ https://markazsunnah.com/hadis-ke-37-menahan-pujian-ketika-diperlukan/#respond Thu, 10 Oct 2024 07:57:24 +0000 https://markazsunnah.com/?p=7343 40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1] عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا حِينَ قَالَ عَنْهَا أَهْلُ الْإِفْكِ مَا قَالُوا قَبَّرَأَهَا اللَّهُ مِمَّا قَالُوا، قَالَتْ:… وَهُوَ يَرِيبُنِي فِي وَجَعِي أَنِّي لَا أَعْرِفُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم اللُّطْفَ الَّذِي كُنْتُ أَرَى مِنْهُ حِينَ أَشْتَكِي إِنَّمَا يَدْخُلُ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَيُسَلِّمُ، ثُمَّ يَقُولُ: كَيْفَ تِيكُمْ؟ […]

Artikel HADIS KE-37: MENAHAN PUJIAN KETIKA DIPERLUKAN pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1]

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا حِينَ قَالَ عَنْهَا أَهْلُ الْإِفْكِ مَا قَالُوا قَبَّرَأَهَا اللَّهُ مِمَّا قَالُوا، قَالَتْ:… وَهُوَ يَرِيبُنِي فِي وَجَعِي أَنِّي لَا أَعْرِفُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم اللُّطْفَ الَّذِي كُنْتُ أَرَى مِنْهُ حِينَ أَشْتَكِي إِنَّمَا يَدْخُلُ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَيُسَلِّمُ، ثُمَّ يَقُولُ: كَيْفَ تِيكُمْ؟ ‌فَذَاكَ ‌يَرِيبُنِي…

Artinya:

Dari ‘Āisyah raḍiyallahu’anha, ketika orang-orang ahlu al-ifk (penyebar dusta) yang berkata tentang dirinya, maka Allah membersihkan diri ‘Aisyah dari apa yang mereka katakan. ‘Aisyah berkata, “Hal itu membuatku ragu saat aku sedang sakit karena aku tidak melihat kasih sayang yang biasa aku dapati dari Rasulullah ﷺ ketika aku sakit. Rasulullah ﷺ hanya masuk, memberi salam, lalu berkata, ‘Bagaimana kabarmu?’ Hal itu membuatku semakin ragu…”

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhāri dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab al-Syahādāt, Bab Wanita Saling Meluruskan Satu Sama Lain di Antara Mereka nomor 3910 dan Imam Muslim dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab al-Taubah, Bab Kisah Kedustaan dan Diterimanya Tobat Penuduh Zina nomor, 2770.

تِيكُمْ: adalah ism isyarah untuk perempuan sebagaimana ذَالِكُمْ untuk laki-laki.

Pelajaran

  1. Tidak mengapa jika seseorang pendidik menahan pujian kepada peserta didik jika situasi mengharuskannya.
  2. Rasulullah ﷺ hanya melakukan hal tersebut sebelum turunnya pembebasan ‘Aisyah raḍiyallahu’anha dari langit.
  3. Ada dan tidak adanya pujian secara lisan, keduanya memiliki pengaruh yang besar terhadap peserta didik.
  4. Terkadang pendidik cukup hanya menahan pujian lisan sebagai ganti hukuman, tergantung pada situasi yang dihadapi.
  5. Bersikap lembut kepada anak-anak adalah hal yang utama, bukan kekerasan, ancaman, atau sikap kasar.
  6. Nabi ﷺ adalah orang yang paling baik akhlaknya.
  7. Dalam sebuah hadis disebutkan:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang paling baik kepada keluargaku.”[2]


Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab al-Arba’ūn al-Jiyād fi Tarbiyah al-Aulād (Empat Puluh Hadis Pendidikan Anak) karya Syekh ‘Abd al-‘Azīz bin Muḥammad al-Ḥuwaiṭān hafiẓahullāh.

[2] Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmiżi dari ‘Āisyah raḍiyallahu’anha, dan dia menyatakan hadis ini memiliki ilat berupa irsāl (mursal), namun disahihkan oleh al-Albani.

Artikel HADIS KE-37: MENAHAN PUJIAN KETIKA DIPERLUKAN pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
https://markazsunnah.com/hadis-ke-37-menahan-pujian-ketika-diperlukan/feed/ 0
HADIS KE-36: MENGHARGAI ANAK DALAM PROSES BELAJARNYA DAN TIDAK BERLEBIHAN DALAM MENGHUKUMNYA https://markazsunnah.com/hadis-ke-36-menghargai-anak-dalam-proses-belajarnya-dan-tidak-berlebihan-dalam-menghukumnya/ https://markazsunnah.com/hadis-ke-36-menghargai-anak-dalam-proses-belajarnya-dan-tidak-berlebihan-dalam-menghukumnya/#respond Fri, 04 Oct 2024 13:23:50 +0000 https://markazsunnah.com/?p=7320 40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1] عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِيِّ رضي الله عنه قَالَ: كَانَتْ لِي جَارِيَةٌ تَرْعَى غَنَمًا لِي قِبَلَ أُحُدٍ وَالْجَوَّانِيَّةِ، فَاطَّلَعْتُ ذَاتَ يَوْمٍ فَإِذَا الذِّيبُ قَدْ ذَهَبَ بِشَاةٍ مِنْ غَنَمِهَا، وَأَنَا رَجُلٌ مِنْ بَنِي آدَمَ آسَفُ كَمَا يَأْسَفُونَ لَكِنِّي ‌صَكَكْتُهَا صَكَّةً، فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَعَظَّمَ ذَلِكَ عَلَيَّ. قُلْتُ: يَا […]

Artikel HADIS KE-36: MENGHARGAI ANAK DALAM PROSES BELAJARNYA DAN TIDAK BERLEBIHAN DALAM MENGHUKUMNYA pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1]

عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِيِّ رضي الله عنه قَالَ: كَانَتْ لِي جَارِيَةٌ تَرْعَى غَنَمًا لِي قِبَلَ أُحُدٍ وَالْجَوَّانِيَّةِ، فَاطَّلَعْتُ ذَاتَ يَوْمٍ فَإِذَا الذِّيبُ قَدْ ذَهَبَ بِشَاةٍ مِنْ غَنَمِهَا، وَأَنَا رَجُلٌ مِنْ بَنِي آدَمَ آسَفُ كَمَا يَأْسَفُونَ لَكِنِّي ‌صَكَكْتُهَا صَكَّةً، فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَعَظَّمَ ذَلِكَ عَلَيَّ. قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَفَلَا أُعْتِقُهَا؟ قَالَ: «ائْتِنِي بِهَا» فَأَتَيْتُهُ بِهَا فَقَالَ لَهَا: «أَيْنَ اللهُ؟» قَالَتْ: فِي السَّمَاءِ. قَالَ: «مَنْ أَنَا؟» قَالَتْ: أَنْتَ رَسُولُ اللهِ. قَالَ: «أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ»

Artinya:

Dari Mu’āwiyah bin al-Hakam al-Sulami raḍiyallahu’anhu, ia berkata, “Aku memiliki seorang budak perempuan yang menggembalakan kambing-kambingku di sekitar Gunung Uhud dan al-Jawwaniyyah. Suatu hari aku memeriksanya, ternyata seekor serigala telah membawa seekor kambing dari ternaknya. Aku, sebagai manusia biasa, merasa marah sebagaimana manusia pada umumnya, maka aku menamparnya dengan keras. Kemudian aku datang kepada Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam dan beliau menganggap perbuatanku itu sebagai sesuatu (kesalahan) yang besar. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, bolehkah aku memerdekakannya?’ Beliau menjawab, ‘Bawalah dia ke sini!’ Maka aku membawanya kepada beliau. Beliau bertanya kepadanya, ‘Di mana Allah?’ Ia menjawab, ‘Di langit.’ Beliau bertanya lagi, ‘Siapa aku?’ Ia menjawab, ‘Engkau adalah Rasulullah.’ Beliau pun bersabda, ‘Merdekakanlah dia, karena sesungguhnya dia seorang mukminah.’”

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab al-Masājid wa Mawāḍi’ al-Ṣalah, Bab Larangan Berbicara dalam Salat dan Penghapusan Hukum akan Kebolehannya Sebelum Itu nomor 537.

Syekh Muḥammad bin Ṣāliḥ al-Utsaimin raḥimahullāh berkata, “Makna ‘Allah berada di langit’ adalah bahwa Allah berada di langit, yaitu di atasnya. Maka, kata ‘في’ (di) dalam konteks ini bermakna ‘على’ (di atas), sebagaimana dalam firman-Nya:

﴿قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ

Artinya: “Katakanlah: Berjalanlah di muka bumi” (Q.S. al-Rum: 42)

yang berarti ‘di atasnya’. Juga bisa dimaknai bahwa kata ‘في’ (di) menunjukkan keterangan tempat, sedangkan kata السماء dalam konteks ini bermakna ‘ketinggian’. Sehingga maknanya adalah bahwa ‘Allah berada di ketinggian.’ Kata السماء pernah datang dengan makna ‘ketinggian’ dalam firman-Nya:

﴿أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً﴾

Artinya: “Dia menurunkan air dari langit” (Q.S. al-Ra’d: 17).

Pelajaran

  1. Memberikan penghargaan kepada anak atas pembelajarannya merupakan metode pendidikan yang efektif.
  2. Pentingnya penggunaan metode penghargaan positif dalam mendidik.
  3. Menilai peserta didik secara menyeluruh dan tidak terbatas pada satu aspek saja. Menilai pembelajaran dari semua sisi adalah upaya untuk mencapai keadilan dalam penilaian terhadap peserta didik, yang dalam dunia pendidikan disebut sebagai “penilaian alternatif”.
  4. Penting untuk memahami inti dari pembelajaran peserta didik dan tidak terjebak pada rincian dan cabang tanpa memahami pokok utama.
  5. Jangan berlebihan dalam memberikan hukuman agar tidak menimbulkan dampak negatif.
  6. Pendidik harus menghindari memukul saat marah.
  7. Kesalahan dalam pendidikan adalah membesar-besarkan hal negatif dan melupakan hal-hal positif.
  8. Kebijaksanaan seorang pendidik adalah dengan mencari sisi kebaikan pada peserta didik.
  9. Betapa besar kesalahan memukul anak kecil tanpa alasan yang jelas.
  10. Penggunaan metode hukuman dalam pendidikan adalah untuk memperbaiki, bukan untuk membalas dendam.
  11. Penetapan sifat ketinggian bagi Allah taala, bahwa Allah berada di atas langit-Nya, di atas Arsy-Nya, terpisah dari makhluk-Nya. Bukan berarti Allah berada di dalam langit sehingga langit-lah yang membatasi atau mengungkung-Nya, karena ini tidak pernah dikatakan oleh seorang pun dari para ulama salaf dan imam-imam mereka, demikian kata Ibn Taimiyah.

Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab al-Arba’ūn al-Jiyād fi Tarbiyah al-Aulād (Empat Puluh Hadis Pendidikan Anak) karya Syekh ‘Abd al-‘Azīz bin Muḥammad al-Ḥuwaiṭān hafiẓahullāh.

Artikel HADIS KE-36: MENGHARGAI ANAK DALAM PROSES BELAJARNYA DAN TIDAK BERLEBIHAN DALAM MENGHUKUMNYA pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
https://markazsunnah.com/hadis-ke-36-menghargai-anak-dalam-proses-belajarnya-dan-tidak-berlebihan-dalam-menghukumnya/feed/ 0
HADIS KE-35: MEMOTIVASI, MENGAPRESIASI, DAN MEMBUAT ANAK CINTA PADA KEBAIKAN https://markazsunnah.com/hadis-ke-35-memotivasi-mengapresiasi-dan-membuat-anak-cinta-pada-kebaikan/ https://markazsunnah.com/hadis-ke-35-memotivasi-mengapresiasi-dan-membuat-anak-cinta-pada-kebaikan/#respond Sun, 29 Sep 2024 10:24:07 +0000 https://markazsunnah.com/?p=7147 40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1] عَن عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم دَخَلَ الْخَلَاءَ، فَوَضَعْتُ لَهُ وَضُوءًا، قَالَ: «مَنْ وَضَعَ هَذَا؟». فَأُخْبِرَ، فَقَالَ: «‌اللَّهُمَّ ‌فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ» Artinya: Dari ‘Abdullāh bin ‘Abbās raḍiyallahu’anhuma, ia berkata bahwa Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wasallam masuk ke tempat buang hajat, maka aku menyiapkan air […]

Artikel HADIS KE-35: MEMOTIVASI, MENGAPRESIASI, DAN MEMBUAT ANAK CINTA PADA KEBAIKAN pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1]

عَن عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم دَخَلَ الْخَلَاءَ، فَوَضَعْتُ لَهُ وَضُوءًا، قَالَ: «مَنْ وَضَعَ هَذَا؟». فَأُخْبِرَ، فَقَالَ: «‌اللَّهُمَّ ‌فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ»

Artinya:

Dari ‘Abdullāh bin ‘Abbās raḍiyallahu’anhuma, ia berkata bahwa Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wasallam masuk ke tempat buang hajat, maka aku menyiapkan air wudu untuk beliau. Beliau bertanya, “Siapa yang menyiapkan ini?” Maka diberitahukan kepada beliau, lalu beliau bersabda, “Ya Allah, berilah ia pemahaman yang mendalam tentang agama.”

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhāri dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab al-Wuḍū, Bab Meletakkan Air di Depan Tempat Buang Hajat nomor 143, dan Imam Muslim dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab Faḍāil al-Ṣaḥābah, Bab Keutamaan ‘Abdullāh bin ‘Abbās nomor 2477.

وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم «نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللهِ لَوْ ‌كَانَ ‌يُصَلِّي ‌مِنَ ‌اللَّيْلِ» قَالَ سَالِمٌ: فَكَانَ عَبْدُ اللهِ بَعْدَ ذَلِكَ لَا يَنَامُ مِنَ اللَّيْلِ إِلَّا قَلِيلًا

Artinya:

Dari ‘Abdullāh bin ‘Umar raḍiyallahu’anhuma, ia berkata bahwa Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik laki-laki adalah ‘Abdullāh, seandainya ia melaksanakan salat malam.” Salim (rawi hadis) berkata, “Maka setelah itu Abdullah hampir tidak tidur pada malam hari kecuali hanya sedikit.”

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhāri dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Abwab Tahajjud, Bab Orang Yang Dicela Karena Tidak Salat Malam Kemudian Dia pun Salat nomor 1105, dan Imam Muslim dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab Faḍāil al-Ṣaḥābah, Bab Keutamaan ‘Abdullāh bin ‘Umar nomor 2479.

Pelajaran

  1. Memuji anak secara verbal dan memberikan penghargaan ketika ia melakukan sesuatu yang baik adalah metode pendidikan yang efektif dan sukses.
  2. Anak kecil melayani orang yang lebih tua adalah salah satu adab dalam Islam.
  3. Salah satu bentuk penghargaan moral yang paling besar bagi anak didik adalah mendoakannya.
  4. Di dalam hadis terdapat salah satu tanda kenabian dengan dikabulkannya doa Nabi Muhammad ﷺ untuk Ibn ‘Abbāsraḍiyallahu’anhuma.
  5. Penghargaan yang diberikan pada waktu yang tepat akan bermanfaat bagi anak didik dan mendorongnya untuk menjadi lebih baik serta terus melakukan kebaikan.
  6. Penghargaan positif bagi anak didik terkadang lebih berpengaruh dibandingkan hukuman, dan dapat menjadi alasan untuk mengubah perilakunya menjadi lebih baik.
  7. Dianjurkan agar nasihat dan bimbingan kepada anak didik disertai dengan ungkapan-ungkapan yang memberikan semangat agar lebih mudah diterima.
  8. Tidak ada masalah jika anak didik diarahkan untuk melakukan tugas yang sedikit sulit baginya, agar ia terbiasa dan terlatih.
  9. Seorang pendidik hendaknya mendorong dan memberi semangat kepada anak didik untuk melaksanakan ibadah.
  10. Seorang pendidik harus mengarahkan anak didik ke cara yang dapat membantunya memperbaiki kekurangan dirinya.
  11. Seorang pendidik perlu memberikan penghargaan verbal kepada anak didiknya agar mereka siap, terbuka, dan responsif terhadap arahan yang diberikan.

 

 

 


Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab al-Arba’ūn al-Jiyād fi Tarbiyah al-Aulād (Empat Puluh Hadis Pendidikan Anak) karya Syekh ‘Abd al-‘Azīz bin Muḥammad al-Ḥuwaiṭān hafiẓahullāh.

Artikel HADIS KE-35: MEMOTIVASI, MENGAPRESIASI, DAN MEMBUAT ANAK CINTA PADA KEBAIKAN pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
https://markazsunnah.com/hadis-ke-35-memotivasi-mengapresiasi-dan-membuat-anak-cinta-pada-kebaikan/feed/ 0
HADIS KE-34: MENJENGUK DAN MERAWAT ANAK https://markazsunnah.com/hadis-ke-34-menjenguk-dan-merawat-anak/ https://markazsunnah.com/hadis-ke-34-menjenguk-dan-merawat-anak/#respond Sat, 21 Sep 2024 10:24:19 +0000 https://markazsunnah.com/?p=7103 40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1] عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ:  كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ ‌إِحْدَى ‌بَنَاتِهِ تَدْعُوهُ، وَتُخْبِرُهُ أَنَّ صَبِيًّا لَهَا، أَوِ ابْنًا لَهَا، فِي الْمَوْتِ، فَقَالَ لِلرَّسُولِ: ارْجِعْ إِلَيْهَا، فَأَخْبِرْهَا: أَنَّ لِلهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى، وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى، فَمُرْهَا فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ، فَعَادَ الرَّسُولُ، […]

Artikel HADIS KE-34: MENJENGUK DAN MERAWAT ANAK pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1]

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ:  كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ ‌إِحْدَى ‌بَنَاتِهِ تَدْعُوهُ، وَتُخْبِرُهُ أَنَّ صَبِيًّا لَهَا، أَوِ ابْنًا لَهَا، فِي الْمَوْتِ، فَقَالَ لِلرَّسُولِ: ارْجِعْ إِلَيْهَا، فَأَخْبِرْهَا: أَنَّ لِلهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى، وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى، فَمُرْهَا فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ، فَعَادَ الرَّسُولُ، فَقَالَ: إِنَّهَا قَدْ أَقْسَمَتْ لَتَأْتِيَنَّهَا، قَالَ: فَقَامَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم، وَقَامَ مَعَهُ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ، وَمُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ، وَانْطَلَقْتُ مَعَهُمْ، فَرُفِعَ إِلَيْهِ الصَّبِيُّ وَنَفْسُهُ تَقَعْقَعُ كَأَنَّهَا فِي شَنَّةٍ، فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ، فَقَالَ لَهُ سَعْدٌ: مَا هَذَا يَا رَسُولَ اللهِ؟! قَالَ: هَذِهِ رَحْمَةٌ، جَعَلَهَا اللهُ فِي قُلُوبِ عِبَادِهِ، وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ

Artinya:

Dari Usamah bin Zaid, ia berkata, “Kami berada di hadapan Nabi ﷺ, lalu salah seorang putrinya mengirimkan utusan kepada beliau, memanggil beliau dan memberitahukan bahwa seorang anaknya, atau putranya, sedang berada dalam kondisi sekarat. Maka Rasulullah ﷺ berkata kepada utusan tersebut, ‘Kembalilah kepadanya, dan sampaikanlah bahwa sesungguhnya milik Allah-lah apa yang Dia ambil dan milik-Nya pula apa yang Dia berikan. Segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ajal yang telah ditentukan. Maka suruhlah dia bersabar dan mengharap pahala.’ Kemudian utusan tersebut kembali, dan berkata, ‘Sungguh, dia telah bersumpah agar Anda datang menemuinya.’ Maka Nabi ﷺ berdiri, dan bersamanya Sa’d bin ‘Ubādah, Mu’āż bin Jabal, serta aku (Usamah) ikut bersama mereka. Lalu anak itu diangkat kepada Rasulullah ﷺ, dan nafasnya tersengal-sengal seolah-olah berada dalam wadah air tua. Maka kedua mata Rasulullah ﷺ pun berlinang air mata. Sa’d berkata kepadanya, ‘Apa ini, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Ini adalah rahmat yang Allah letakkan dalam hati hamba-hamba-Nya, dan sesungguhnya Allah hanya merahmati hamba-hamba-Nya yang memiliki sifat kasih sayang.'”

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhāri dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab al-Tauḥīd, Bab Qawlillāhi Tabāraka wa Ta’ālā: Qulid’ullāha awid’urruḥmāna ayyan mā tad’ū falahul asmā’ul ḥusnā} nomor 6942, dan Imam Muslim dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab al-Janā’iz, Bab Mengisi Mayit nomor 923. Ini adalah lafaz Muslim.

Kosakata

Nafasnya تَقَعْقَعُ bagaikan (bunyi) di dalam wadah air tua.’ (Kata) ‘تَقَعْقَعُ‘ adalah tiruan suara, yaitu suara sesuatu yang basah ketika bergerak, sedangkan ‘الشَّنَّ‘ adalah kantong yang pecah dan keras, yang menunjukkan bunyi yang keras. القِرْبَةُ adalah wadah air yang telah kering.

Pelajaran

  1. Disyariatkan membawa anak kecil untuk menjenguk orang sakit, selama tidak ada halangan yang mencegahnya.
  2. Menjenguk anak dan merawat mereka adalah bagian dari petunjuk Islam.
  3. Perhatian syariat terhadap ibadah menjenguk orang sakit, meskipun anak kecil yang sakit.
  4. Sifat rendah hati murabbi ketika menjenguk anak kecil yang sakit.
  5. Meminta pertolongan dengan bersabar dan mengharapkan pahala saat tertimpa musibah.
  6. Mengikuti petunjuk Nabi ﷺ dalam bersabar ketika menghadapi musibah, dan bersabda,

أَنَّ لِلهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى، وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى

“Sesungguhnya milik Allah-lah apa yang Dia ambil dan milik-Nya pula apa yang Dia berikan, dan segala sesuatu di sisi-Nya ada waktu yang telah ditentukan.” (H.R. Muslim)

  1. Terdapat pahala dalam menjenguk orang sakit meskipun yang sakit adalah anak kecil.
  2. Menjenguk anak kecil yang sakit yang belum mengerti di dalamnya terdapat hiburan dan keringanan bagi kedua orang tuanya akan kesedihan mereka.
  3. Di antara faedah menjenguk orang sakit: Apa yang diharapkan berupa keberkahan doa orang yang menjenguk, meletakkan tangan padanya, dan mengusap badannya, dan meniup kepadanya ketika ta’āwudz.
  4. Menjenguk anak kecil yang sakit yang sudah mengerti juga memiliki berbagai faedah, di antaranya: Menyadarkannya akan nikmat kesehatan dan kesejahteraan, membuatnya merasakan simpati kepada orang-orang sakit lainnya, serta membuatnya terbiasa dengan adab menjenguk orang sakit, dan memperkuat sifat sosialnya. Hal ini mungkin juga dapat membuatnya kuat dan merasa ringan dengan penyakitnya.
  5. Para ulama berselisih pendapat mengenai hukum menjenguk orang sakit. Jumhur ulama berpendapat bahwa hukumnya adalah sunnah, dan dinukil oleh al-Nawawi sebagai ijmak. Imam al-Bukhari dan Ibn al-Jauzi mengatakan bahwa hukumnya adalah wajib ain. Dalam salah satu pendapat Ḥanābilah yang dikuatkan oleh Ibn Taimiyah dan Ibn ‘Uṡaimīn bahwa fardu kifayah, dan ini yang lebih dekat dengan kebenaran.
  6. Tidak disyaratkan dalam membesuk bahwa orang sakit tersebut harus mengetahui orang-orang yang membesuk, misalnya orang yang sedang koma atau kritis, atau masih kecil belum mumayiz, maka yang demikian itu tidak menjadi penghalang dalam menjenguknya.

 

 


Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab al-Arba’ūn al-Jiyād fi Tarbiyah al-Aulād (Empat Puluh Hadis Pendidikan Anak) karya Syekh ‘Abd al-‘Azīz bin Muḥammad al-Ḥuwaiṭān hafiẓahullāh.

Artikel HADIS KE-34: MENJENGUK DAN MERAWAT ANAK pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
https://markazsunnah.com/hadis-ke-34-menjenguk-dan-merawat-anak/feed/ 0
HADIS KE-33: MENCUKUR KEPALA ANAK SECARA MENYELURUH DAN LARANGAN QAZA’ https://markazsunnah.com/hadis-ke-33-mencukur-kepala-anak-secara-menyeluruh-dan-larangan-qaza/ https://markazsunnah.com/hadis-ke-33-mencukur-kepala-anak-secara-menyeluruh-dan-larangan-qaza/#respond Sun, 07 Jul 2024 15:24:35 +0000 https://markazsunnah.com/?p=6989 40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1] عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ الْقَزَعِ، قَالَ: قُلْتُ لِنَافِعٍ: وَمَا الْقَزَعُ؟ قَالَ: يُحْلَقُ بَعْضُ رَأْسِ الصَّبِيِّ وَيُتْرَكُ بَعْضٌ. Artinya: Dari Ibn Umar raḍiyallahu’anhuma bahwa Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam melarang qaza’. Saya (‘Ubaidullah, salah seorang rawi) bertanya kepada Nāfi’, “Apakah itu qaza’?” […]

Artikel HADIS KE-33: MENCUKUR KEPALA ANAK SECARA MENYELURUH DAN LARANGAN QAZA’ pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1]

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ الْقَزَعِ، قَالَ: قُلْتُ لِنَافِعٍ: وَمَا الْقَزَعُ؟ قَالَ: يُحْلَقُ بَعْضُ رَأْسِ الصَّبِيِّ وَيُتْرَكُ بَعْضٌ.

Artinya:

Dari Ibn Umar raḍiyallahu’anhuma bahwa Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam melarang qaza’. Saya (‘Ubaidullah, salah seorang rawi) bertanya kepada Nāfi’, “Apakah itu qaza’?” Dia berkata, “Sebagian kepala anak dicukur sedangkan sebagian yang lainnya dibiarkan.”

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhāri dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab al-Libās Bab al-Qaza’ nomor 5576 dan Imam Muslim dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab al-Libās wal-Zīnah Bab Tidak Disukainya al-Qaza’ nomor 2120. Lafaz di atas sesuai periwayatan Imam Muslim.

عَنْ عَبدِ اللهِ بنِ جَعْفَرٍ: أَنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلَّمَ ‌أَمْهَلَ ‌آلَ ‌جَعْفَرٍ ‌ثَلَاثاً َأَنْ يَأْتِيَهُمْ، ثُمَّ أَتَاهُم، فَقَالَ: «لَا تَبْكُوا عَلَى أَخِي بَعْدَ اليومِ»، ثم قال: «ادعُوا لي بَنِي أَخِي»، فَجِيءَ بِنَا كَأنَّا أَفْرُخٌ، فَقَالَ: «ادعُوا لِي الحَلَّاقَ» فَأَمَرَهُ، فَحَلَقَ رُؤُوسَنَا.

Artinya:

Dari Abdullah bin Ja’far bahwa Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wasallam memberi waktu tiga hari kepada keluarga Ja’far sebelum mengunjungi mereka. Kemudian beliau datang dan berkata, “Jangan menangisi saudaraku (Ja’far) setelah hari ini!” Lalu beliau bersabda, “Panggillah anak-anak saudaraku!” Maka kami dibawa kepada beliau seperti anak-anak burung. Beliau lalu berkata, “Panggilkan tukang cukur untukku!” Kemudian beliau memerintahkan tukang cukur itu, lalu ia mencukur kepala kami.

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Abu Dāwūd dalam al-Sunan dalam Kitab Awwal Kitāb al-Tarajjul Bab Mencukur Kepala nomor 4192 dan Imam al-Nasāi dalam al-Sunan dalam Kitab al-Zīnah Bab Mencukur Kepala Anak nomor 5227. Disahihkan oleh ‘Abd al-Ḥaq, al-Nawawi, dan al-Albani, dan isnadnya sahih.

Kosakata

كأنَّا أفْرُخٌ: jamak dari فَرْحٍ anak burung yang masih kecil.

Pelajaran

  1. Larangan qaza’ yakni mencukur sebagian rambut anak dan membiarkan sebagian lainnya. Ini dianggap makruh secara ijmak, kecuali jika menyerupai orang kafir, maka barulah hukumnya haram, hal ini diungkapkan oleh Ibnu Utsaimin. Beberapa ulama mengatakan secara umum larangannya bersifat haram, dan ini pendapat yang kuat.[2]
  2. Mencukur kepala anak dianggap memuliakan anak tersebut.
  3. Pentingnya menjaga kebersihan dan penampilan anak yang baik.
  4. Alasan larangan: Ada yang mengatakan karena merusak penampilan, ada yang mengatakan karena gaya setan, dan ada yang mengatakan karena gaya Yahudi.[3]
  5. Penampilan dan kebersihan anak termasuk prioritas pendidik.
  6. Membiasakan anak untuk menjaga kebersihan.
  7. Petunjuk Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wasallam tentang mencukur rambut anak kecil memiliki banyak manfaat dibandingkan hanya memotongnya.

Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab al-Arba’ūn al-Jiyād fi Tarbiyah al-Aulād (Empat Puluh Hadis Pendidikan Anak) karya Syekh ‘Abd al-‘Azīz bin Muḥammad al-Ḥuwaiṭān hafiẓahullāh.

[2] al-Lajnah al-Daimah yang dipimpin oleh Syekh Ibrāhīm bin Muḥammad Ālu al-Syaikh dan wakilnya Syekh ‘Abd al-Razzāq ‘Afīfi dan anggota Syekh ‘Abdullāh bin Gadyān memfatwakan bahwa qaza’ haram.

[3] Lihat penjelasan Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fathu al-Bari (10/365).

Artikel HADIS KE-33: MENCUKUR KEPALA ANAK SECARA MENYELURUH DAN LARANGAN QAZA’ pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
https://markazsunnah.com/hadis-ke-33-mencukur-kepala-anak-secara-menyeluruh-dan-larangan-qaza/feed/ 0
HADIS KE-32: MENDIDIK ANAK DALAM HAL ADAB-ADAB MAKAN https://markazsunnah.com/hadis-ke-32-mendidik-anak-dalam-hal-adab-adab-makan/ https://markazsunnah.com/hadis-ke-32-mendidik-anak-dalam-hal-adab-adab-makan/#respond Sun, 21 Jan 2024 20:45:13 +0000 https://markazsunnah.com/?p=6781 40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1] عَنْ عُمَرَ بْنِ أَبِي سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كُنْتُ فِي حِجْرِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ، فَقَالَ لِي: «يَا غُلَامُ، سَمِّ اللهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ» Artinya: Dari ‘Umar bin Abu Salamah raḍiyallahu’anhuma beliau berkata, “Dahulu saya berada di bawah asuhan Rasulullah ṣallallāhu […]

Artikel HADIS KE-32: MENDIDIK ANAK DALAM HAL ADAB-ADAB MAKAN pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1]

عَنْ عُمَرَ بْنِ أَبِي سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كُنْتُ فِي حِجْرِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ، فَقَالَ لِي: «يَا غُلَامُ، سَمِّ اللهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ»

Artinya:

Dari ‘Umar bin Abu Salamah raḍiyallahu’anhuma beliau berkata, “Dahulu saya berada di bawah asuhan Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam dan tanganku berseliweran di nampan saat makan. Maka Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Wahai anak, bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang ada di dekatmu!’”

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhāri dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab al-Aṭ’imah Bab Mengucapkan Bismillah dan Makan dengan Tangan Kanan nomor 5376 dan Imam Muslim dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab al-Asyribah Bab Adab-adab dan Hukum-hukum Makan dan Minum nomor 2022.

Kosakata

تَطِيشُ: Artinya bergerak dan memanjang ke sisi-sisi nampan dan tidak mencukupkan diri dengan satu tempat.

الصَحْفَة: seperti القَصْعَة (nampan) jamaknya صِحَاف. al-Kisāi berkata, “Nampan yang paling besar disebut jafnah, kemudian disusul qas’ah yang cukup untuk sepuluh orang, ṣaḥfah untuk lima orang, mi’kalah untuk dua orang, dan ṣuḥaifah untuk satu orang.[2]

Pelajaran

  1. Mendidik anak dalam hal adab-adab makan.
  2. Di antara adab-adab makan adalah membaca bismillah di awal, makan dengan tangan kanan, memakanan makanan yang ada di dekatnya, mengucapkan hamdalah di bagian akhir.
  3. Urgensi peran orang tua dalam membiasakan anak dalam adab-adab makanan.
  4. Urgensi adab dalam Islam, di antaranya adab makan dan minum.
  5. Memperbaiki kekeliruan anak didik pada ketika ia melakukan kekeliruan tersebut membantunya untuk meluruskan sikapnya yang keliru tersebut.
  6. Terkadang seorang pendidik menggunakan lafaz yang kuat dan berkesan agar anak didik patuh. Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wasallam memulai pengarahannya dengan lafaz “wahai” kemudian melanjutkannya dengan kata perintah “Makanlah dengan ….!”
  7. Meluruskan sikap anak didik dilakukan diseluruh keadaan, bukan hanya dalam proses belajar mengajar.
  8. Sesungguhnya pendidikan di tengah-tengah aktivitas dan peristiwa adalah pendidikan yang berkesan.
  9. Wajibnya makan dengan tangan kanan karena Nabi memerintahkan hal tersebut dan tidak ada dalil yang memalingkannya dari kewajiban. Demikian yang ditarjih oleh Ibn ‘Abd al-Bar, Ibn Ḥazm, Ibn Ḥajar, dan Ibn ‘Uṡaimīn. Imam empat mazhab berkata, “Perintah tersebut dimaknai dengan anjuran.”

 


Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab al-Arba’ūn al-Jiyād fi Tarbiyah al-Aulād (Empat Puluh Hadis Pendidikan Anak) karya Syekh ‘Abd al-‘Azīz bin Muḥammad al-Ḥuwaiṭān hafiẓahullāh.

[2] Tahdzīb al-Lughah (4/149).

Artikel HADIS KE-32: MENDIDIK ANAK DALAM HAL ADAB-ADAB MAKAN pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
https://markazsunnah.com/hadis-ke-32-mendidik-anak-dalam-hal-adab-adab-makan/feed/ 0
HADIS KE-31: MENCEGAH ANAK DARI KONSUMSI HARAM DAN MENDIDIK MEREKA BERSIKAP WARAK https://markazsunnah.com/hadis-ke-31-mencegah-anak-dari-konsumsi-haram-dan-mendidik-mereka-bersikap-warak/ https://markazsunnah.com/hadis-ke-31-mencegah-anak-dari-konsumsi-haram-dan-mendidik-mereka-bersikap-warak/#respond Sat, 23 Dec 2023 01:57:42 +0000 https://markazsunnah.com/?p=6741 40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1] عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَخَذَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ تَمْرَةً مِنْ تَمْرِ الصَّدَقَةِ، فَجَعَلَهَا فِي فِيهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «كِخْ كِخْ، ارْمِ بِهَا، أَمَا عَلِمْتَ أَنَّا لَا نَأْكُلُ الصَّدَقَةَ؟» Artinya: Dari Abu Hurairah raḍiyallahu’anhu beliau berkata, “Suatu hari al-Ḥasan bin ‘Ali raḍiyallahu’anhuma mengambil kurma dari […]

Artikel HADIS KE-31: MENCEGAH ANAK DARI KONSUMSI HARAM DAN MENDIDIK MEREKA BERSIKAP WARAK pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَخَذَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ تَمْرَةً مِنْ تَمْرِ الصَّدَقَةِ، فَجَعَلَهَا فِي فِيهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «كِخْ كِخْ، ارْمِ بِهَا، أَمَا عَلِمْتَ أَنَّا لَا نَأْكُلُ الصَّدَقَةَ؟»

Artinya:

Dari Abu Hurairah raḍiyallahu’anhu beliau berkata, “Suatu hari al-Ḥasan bin ‘Ali raḍiyallahu’anhuma mengambil kurma dari kurma-kurma zakat lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. Maka Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Hai, hai! Tidakkah kamu mengetahui bahwa kita tidak boleh memakan harta zakat?’

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhāri dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab al-Zakāh Bab Tentang Zakat untuk Nabi nomor 1491 dan Imam Muslim dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab al-Zakāh Bab Pengharaman Zakat atas Rasulullah nomor 1069.

Kosakata

كِخ كِخ: dengan kaf kasrah atau fatah, dan kha sukun, juga boleh dengan kasrah dengan tanwin. Kalimat ini digunakan untuk menegur anak-anak dari hal yang kotor sebagaimana yang dikatakan oleh al-Qāḍi Iyadh.[2]

Pelajaran

  1. Melarang anak kecil dari mengonsumsi hal yang haram.
  2. Mendidik anak kecil di atas sikap warak.
  3. Pentingnya peran pendidik dalam mengarahkan anak didiknya kepada petunjuk yang sahih.
  4. Boleh menegur dengan lafaz dalam tarbiah ketika dibutuhkan.
  5. Kesalahan anak kecil diluruskan dengan tangan ketika dibutuhkan.
  6. Keluarga Hāsyim dan keluarga al-Muṭṭalib tidak halal bagi mereka harta sedekah.
  7. Sesungguhnya menyampaikan kesalahan anak didik ketika mereka melakukan kesalahan akan membantu mereka untuk tidak mengulangi hal tersebut di masa yang akan datang.
  8. Menyampaikan kepada anak didik tentang sebab yang mengharuskan sebuah kesalahan dihilangkan mengandung penghargaan terhadap akalnya dan pemenuhan penjelasan akan kesalahannya.

 

 


Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab al-Arba’ūn al-Jiyād fi Tarbiyah al-Aulād (Empat Puluh Hadis Pendidikan Anak) karya Syekh ‘Abd al-‘Azīz bin Muḥammad al-Ḥuwaiṭān hafiẓahullāh.

[2] Lihat: Masyâriq al-Anwâr (1/337) dan Ikmâl Mu’lim bi Fawâid Muslim (3/624).

Artikel HADIS KE-31: MENCEGAH ANAK DARI KONSUMSI HARAM DAN MENDIDIK MEREKA BERSIKAP WARAK pertama kali tampil pada MARKAZSUNNAH.COM | MENEBAR SUNNAH MENUAI HIKMAH.

]]>
https://markazsunnah.com/hadis-ke-31-mencegah-anak-dari-konsumsi-haram-dan-mendidik-mereka-bersikap-warak/feed/ 0