15 FAEDAH MENYAMBUT BULAN SUCI RAMADAN

635
15 FAEDAH MENYAMBUT BULAN SUCI RAMADAN
15 FAEDAH MENYAMBUT BULAN SUCI RAMADAN
Perkiraan waktu baca: 7 menit

15 FAEDAH MENYAMBUT BULAN SUCI RAMADAN(1)

Segala puji bagi Allah azza wajalla serta selawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Tulisan ini merupakan kumpulan faedah dalam menyambut bulan suci Ramadan. Mudah-mudahan ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan Allah subhanahu wa taala membalas dengan pahala besar bagi siapa saja yang berkontribusi dalam menyiapkan tulisan ini dan menyebarluaskannya.

  1. Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh kebaikan, berkah, rahmat, dan juga merupakan bulan pengampunan dosa, serta sebagai bulan pembebasan dari api neraka.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang berpuasa Ramadan dengan didasari keimanan dan keikhlasan maka niscaya Allah akan mengampuni seluruh dosanya yang telah berlalu, dan barang siapa yang salat pada saat lailatulqadr dengan penuh keimanan dan keikhlasan maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (H.R. Bukhari, no. 2014 dan Muslim, no. 760)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang melaksanakan qiyam Ramadhan (salat tarawih) dengan penuh keimanan dan keikhlasan maka niscaya Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu. (H.R. Bukhari, no. 37 dan Muslim, no. 759)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ، وَمَرَدَةُ الْجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ : يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ، أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ، أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Jka telah masuk malam awal Bulan Ramadan, para setan dan pemuka jin dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pun pintunya dibuka dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satu pun pintunya tertutup, lalu kemudian terdengarlah seruan, ‘Wahai para pengharap kebaikan sambutlah, dan wahai para pengharap keburukan kurangilah!’ dan Allah menetapkan para hamba yang dibebaskan dari api neraka, dan hal tersebut senantiasa terjadi setiap malamnya.” (H.R. Tirmidzi, no. 682 dan Ibnu Majah, no. 1642 serta dinilai hasan oleh al-Albani)

  1. Seorang muslim sangat senang dengan musim ketaatan dan mereka sangat bergembira menyambutnya.

Sebagaimana firman Allah taala dalam Surah Yunus ayat 58,

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ

“Katakanlah (Muhammad), ‘Dengan karunia Allah dan rahmatnya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.’ Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.”

Musim-musim ketaatan merupakan bagian dari karunia serta rahmat Allah azza wajalla yang semestinya seorang muslim bersemangat untuk memanfaatkannya sehingga dia tidak sengsara setelahnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadis,

Baca juga:  67 FAEDAH TERKAIT KURBAN (BAGIAN KEDUA)

افْعَلُوا الْخَيْرَ دَهْرَكُمْ، وَتَعَرَّضُوا لِنَفَحَاتِ رَحْمَةِ اللهِ، فَإِنَّ لِلَّهِ نَفَحَاتٍ مِنْ رَحْمَتِهِ يُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ

“Kerjakanlan kebaikan, dan bersemangatlah untuk karunia serta rahmat Allah azza wajalla, karena sesungguhnya Allah memiliki karunia yang banyak dari rahmat-Nya, hal tersebut didapatkan bagi hamba-hamba-Nya yang dia kehendaki.” (H.R. Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir (1/250), dan dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam Silsilah al-Shahihah, no. 1890)

  1. Seorang muslim bergembira dengan datangnya Bulan Ramadan karena ia merupakan bulan puasa, qiyam (salat), dan membaca al-Qur’an di mana semua itu dijadikan wasilah oleh seorang hamba untuk memohon pengampunan Allah dan memohon untuk dibebaskan dari api neraka.
  1. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam senantiasa memberikan kabar gembira kepada umatnya tatkala datang Bulan Ramadan.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضِي الله عنه، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُبَشِّرُ أَصْحَابَهُ : قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda memberitakan kabar gembira bagi sahabatnya, ”Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah, Allah telah mewajibkan atas kalian puasa, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu, di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, maka barang siapa yang terhalang dari kebaikannya maka dia telah merugi.” (H.R. Ahmad, no. 7148 dan al-Nasai, no. 2106 serta dinyatakan sahih oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’, no. 55)

Sebagian ulama berkata, “Hadis ini merupakan dasar dibolehkannya manusia saling mengucapkan selamat dan menyatakan tentang kegembiraannya denga datangnya Bulan Ramadan.” Bagaimana mungkin seorang yang beriman tidak bergembira dengan kabar bahwa pintu-pintu surga dibuka dan juga bagaimana mungkin para pendosa tidak bergembira dengan kabar bahwa pintu-pintu neraka ditutup? Juga bagaimana mungkin seorang yang berakal tidak bergembira dengan kabar bahwa di waktu tersebut para setan dibelenggu?”(2)

  1. Dulu para Salaf Saleh bersuka cita dengan datangnya bulan Ramadan. Mereka meminta kepada Allah untuk dipertemukan dengan bulan Ramadan dan diberikan taufik untuk melakukan ketaatan di dalamnya.

Seperti perkataan Mua’lla bin al-Fadhl, “Dulu mereka berdoa selama enam bulan untuk dipertemukan Bulan Ramadan, kemudian berdoa enam bulan agar ibadahnya diterima di sisi Allah.”(3)

Begitu pula Yahya bin Abi Katsir beliau berdoa tatkala menjelang masuk bulan Ramadan, “Ya Allah selamatkanlah aku sampai masuk bulan Ramadan, sampaikanlah kepadaku bulan Ramadan, dan jadikanlah amalan-amalanku di Bulan Ramadan diterima.”(4) Hal yang serupa juga disebutkan dipanjatkan oleh Makhul rahimahumallahu.(5)

Dari Abu Bakar bin Abi Maryam rahimahullah beliau berkata, “Saya mendengar guru-guru kami berkata, ‘Kalau telah datang Bulan Ramadan maka telah datang bulan yang mensucikan, mereka berkata, ‘Bersegeralah untuk bersedekah di dalamnya, karena pahalanya dilipatgandakan seperti sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah.”(6)

  1. Di antara manusia ada yang memiliki obsesi yang tinggi, kerinduannya senantiasa bertambah begitu pun dengan kecintaannya, mereka senantiasa menunggu Bulan Ramadan di setiap tahunnya, mereka mempersiapkan bekal untuk menyambutnya, begitu pun mereka menyiapkan diri secara sempurna, dan menyambut Bulan Ramadan dengan sebaik-baiknya.
Baca juga:  67 FAEDAH TERKAIT KURBAN (BAGIAN PERTAMA)

Mereka sangatlah bersungguh-sungguh, bermujahadah dalam setiap ketaatan atau ibadah-ibadah yang beraneka ragam seperti puasa, salat, membaca al-Qur’an, zikir, istigfar, sedekah, dan berbuat kebaikan kepada manusia. Berbahagialah orang yang seperti mereka.

  1. Datangnya Bulan Ramadan dan taufik yang diberikan oleh Allah kepada kita untuk puasa dan salat merupakan satu nikmat besar yang Allah berikan kepada kita.

Berapa banyak manusia dulu bersama dengan kita di Bulan Ramadan yang lalu namun mereka sekarang telah berada di alam kubur, amalan-amalan mereka telah digantungkan, kematian mendahului mereka sehingga mereka tidak mendapatkan Ramadan, maka hendaknya kita merasakan nikmat terbesar ini. Dalam syair disebutkan,

Wahai orang-orang yang tidak mencukupkan dirinya dengan dosa di Bulan Rajab

Sampai dia juga bermaksiat kepada Allah di Bulan Syakban

Sungguh bulan puasa telah menaungimu dari dua bulan tersebut

Maka janganlah engkau jadikan dia juga sebagai bulan kemaksiatan

Bacalah alQur’an dan berzikirlah di bulan tersebut dengan penuh mujahadah

Karena dia merupakan bulan membaca dan bertasbih

Dan berapa banyak manusia yang engkau tahu dulu mereka juga perpuasa

Dari setiap keluarga, tetangga, dan sahabat

Namun kematian menghampiri dan mendahului mereka

Bersegeralah, sungguh takdir lebih dekat dari pada orang yang ada di sekitarmu

  1. Pada saat kita sudah berada di pintu-pintu gerbang bulan Ramadan maka ada beberapa hal yang harus kita persiapkan, di antaranya hendaknya kita memperbaiki niat kita, mengencangkan azam kita untuk meninggalkan hal yang haram, mengubah kebiasaan buruk, bersungguh-sungguh dalam ketaatan, menjadikan Ramadan bulan yang produktif dengan kebaikan yang paling ideal.

Allah azza wajalla berfirman dalam surah Muhammad ayat 21,

فَاِذَا عَزَمَ الْاَمْرُۗ فَلَوْ صَدَقُوا اللّٰهَ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْۚ

Artinya: “Sebab apabila perintah telah ditetapkan. Padahal jika mereka benar-benar beriman kepada Allah niscaya hal tersebut jauh lebih baik baginya.”

Imam Ibnu al-Qayyim berkata, “Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba melainkan kejujuran seorang hamba kepada Allah dari setiap urusannya. Dari kejujuran tekadnya, dia jujur akan tekadnya dan perbuatannya, maka kejujuran tekad itu adalah kumpulan serta ikatan yang kuat yang tidak ada keraguan di dalamnya bahkan menjadi sebuah tekad yang tidak bisa digoyahkan dengan keraguan dan mengulur-ulur waktu. Kalau tekad sudah ada maka tinggal dibuktikan dengan amalan dengan meluangkan kemampuan kita dan mengorbankan semangat kita kepadanya, dan sebisa mungkin untuk tidak menyelisihi tekad tersebut secara lahir dan batin. Maka tekad yang kuat akan mencegah dari keinginan yang lemah dan juga obsesi yang lemah dan pengaplikasian dari sebuah tekad yang jujur juga akan mencegah seseorang dari perasaan malas dan futur.”(7)

  1. Kita menyambut Ramadan dengan tekad yang kuat untuk tidak meninggalkan al-Qur’an pada Bulan Ramadan.

Hal tersebut dilakukan dengan cara memperbanyak untuk membacanya setiap hari dan juga untuk sering-sering mengkhatamkannya, tidak mencukupkan diri dengan hanya satu kali saja mengkhatamkannya.

  1. Kita menyambut Bulan Ramadhan dengan memperbanyak istigfar, tobat nasuhah, berserah diri kepada Allah azza wajalla.

Hal ini dilakukan dengan menjauhi dosa dan maksiat, dan menyesali serta merasa bersalah terhadap kemaksiatan kita lakukan di hadapan Allah, lalu kemudian kita berazam untuk tidak kembali lagi pada perbuatan maksiat tersebut, juga mencegah perbuatan-perbuatan kezaliman.

Baca juga:  21 FAEDAH TERKAIT PUASA ENAM HARI DI BULAN SYAWAL

Oleh karena itu, Bulan Ramadan merupakan sebuah kesempatan emas untuk seorang hamba bertobat dan kembali kepada Allah. Kalau seseorang tidak bisa mendapatkan keuntungan dan kesempatan di bulan tersebut maka di bulan mana lagi dia mau mencari kesempatan tersebut? Begitu pun orang yang tidak mau mengejar pengampunan Allah di bulan ini maka di bulan mana dan kapan lagi dia mencari pengampunan Allah? Barang siapa yang terhalangi kebaikan di dalamnya maka sungguh dia adalah orang yang benar-benar terhalang dari kebaikan yang begitu banyak.

  1. Kita menyambut bulan Ramadhan dengan belajar hal-hal yang urgen untuk kita pelajari seperti hukum-hukum yang berkaitan dengan puasa sebelum kita benar-benar merasakannya.

Seperti rukun-rukun puasa, wajib-wajib puasa, hal-hal yang dianjurkan dilakukan ketika berpuasa, juga hal-hal yang membatalkan puasa, begitupun yang bisa memengaruhi sah atau tidaknya puasa kita seperti makan, minum, mengeluarkan mani, dan juga hal-hal yang tidak mempengaruhi puasa kita seperti hukum siwak, menelan liur, mandi, dan lain-lain, serta mempelajari juga hal-hal yang merupakan uzur bagi seseorang untuk tidak melaksanakan puasa di Bulan Ramadan, dan masih banyak yang lain tentunya.

  1. Kita menyambut Ramadan dengan menghilangkan sedapat mungkin segala perilaku atau perbuatan yang bisa menjadi rintangan atau penghalang seseorang untuk melaksanakan puasa.
  1. Kita menyambut Ramadan dengan doa, harapan, dan ketundukan kepada Allah azza wajalla semoga Allah mempertemukan kita dengan Ramadan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.

Demikian juga kita meminta kepada Allah untuk memudahkan kita melaksanakan ibadah puasa, salat dan ibadah-ibadah yang lainnya sesuai cara dan bentuk yang diridainya.

  1. Kita menyambut Bulan Ramadan dengan mempersiapkan bekal semaksimal mungkin.

Seperti membeli seluruh perlengkapan rumah dan makanan untuk persiapan Bulan Ramadan dan Id sebelum datangnya Bulan Ramadan, hal ini dilakukan supaya kita bisa meminimalisir waktu kita untuk keluar dari rumah dengan kesibukan seperti belanja di pasar dan mal. Sehingga kita bisa memaksimalkan ibadah di Bulan Ramadan tersebut.

  1. Kita menyambut Bulan Ramadan dengan mengambil andil atau saham dalam mempersiapkan masjid-masjid kita untuk ditempati salat.

Hal ini bisa dilakukan dengan cara turut membersihkankannya, melengkapi fasilitasnya seperti kipas angin/AC, lampu-lampu, mikrofon, soundsystem, menyiapkan sajadah yang baru atau bersih, menjaga dan memelihara kebersihan WC dan tempat-tempat wuduk yang membutuhkan perbaikan, mempersiapkan juga tempat khusus untuk para wanita yang ingin juga ikut melaksanakan salat tarawih, juga menambah jumlah mushaf dan buku-buku dakwah yang bermanfaat. Pada intinya kita harapkan semua dari kita mengambil andil dalam kebaikan-kebaikan tersebut.

Wallahu waliyuttaufiq.


Footnote:

(1) Tulisan ini disadur dan diterjemahkan dari situs resmi Syekh Muhammad Saleh al-Munajjid hafizhahullahhttps://almunajjid.com/books/lessons/110 dan juga telah dicetak dalam format buku oleh Zad Group.

(2) Lathaif al-Ma’arif karya Ibnu Rajab, hal. 148.

(3) Lathaif al-Ma’arif karya Ibnu Rajab, hal. 148.

(4) Hilyah al-Auliya (3/ 69).

(5) Lihat: Kitab al-Du’a oleh al-Thabrani, no. 913.

(6) Fadhail Ramadhan karya Ibnu Abi Dunia, no. 25.

(7) Kitab al-Fawaid, hal. 196 (dengan sedikit perubahan).

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments